BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa
nasional sehingga, sudah seharusnya kita menggunakan bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari. Namun, dalam prakteknya kita mencampur adukkan bahasa
indonesia dengan bahasa daerah,bahasa asing dan bahasa “gaul”.
Dewasa ini penulisan kata dan pemakaian bahasa Indonesia
semakin hari semakin kacau, dan belum ada lembaga pemerintahan dan
masyarakat yang memberikan perhatian terhadap masalah ini. Apabila
penulisan kata dan penggunaan bahasa Indonesia kian hari terus
tergeser oleh bahasa asing atau bahasa daerah, maka posisi bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional akan terlupakan oleh masyarakat Indonesia.
Melihat semakin kacaunya penggunaan bahasa indonesia
dalam kehidupan sehari-hari maka, sudah seharusnya kita sebagai mahasiswa dan
generasi penerus bangsa untuk belajar menggunakan bahasa indonesia yang baik
dan benar sesuai dengan kaidah EYD
seperti dalam penulisan kata.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apakah yang dimaksud dengan penulisan kata?
1.2.2
Bagaimanakah pedoman umum penulisan kata?
1.3 Tujuan
1.3.1 mengetahui
pengertian penulisan kata.
1.3.2 memahami bagaimana
pedoman umum penulisan kata.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penulisan
Kata
Penulisan kata terdiri dari dua kata yaitu “penulisan”
dan “kata”. Penulisan berarti proses,cara atau perbuatan menulis. Sedangkan,
kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupaka
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia:edisi 3)
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penulisan
kata adalah proses atau cara menukis yang mempertimbangkan unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan sebagai wujud kesatuan perasaan dan pikiran yang
dapat digunakan dalam berbahasa sesuai ejaan yang disempurnakan.
2.2 Pedoman
Penulisan Kata
2.2.1
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat tebal.
Kantor pajak
penuh dan sesak
2.2.2 Kata Turunan
·
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis dengan kata serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya: dikelola,
penetapan, mempermainkan.
·
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis dengan
serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahului
Misalnya: bertepuk tangan, garis
bawahi, sebar luaskan.
·
Jika bentuk
dasar yang
berupa
gabungan
kata dan mendapat awalan
dan
akhiran sekaligus, unsure
gabungan kata itu ditulis
serangkaian.
Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan.
·
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya
dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya: antarkota, biokimia, paripurna,
prasangka,transmigrasi.
2.2.3 Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda penghubung.
Misalnya: sayur-mayur,
porak-poranda, tukar-menukar, terus-menerus.
2.2.4 Gabungan Kata
·
Gabungan kata yang lazim disebut
kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
Misalnya: duta
besar, kereta api,
kambing hitam,
rumah sakit.
·
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin
menimbulkan
kesalahan pengertian
dapat ditulis
dengan
tanda hubung
untuk
menegaskan pertalian unsur
yang bersangkutan.
Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami, buku sejarah-baru.
·
Gabungan kata berikut ditulis serangkaian.
Misalnya: barangkali,
kacamata, matahari, olahraga.
2.2.5 Kata Ganti ku,
kau, mu dan nya
·
Kata ganti ku
kau ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya.Misalnya: apa yang kumiliki boleh kauambil.
·
Sedangkan ku, mu, dan
nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: Bukuku,
bukumu, dan bukunya
tersimpan di perpustakaan.
2.2.6Kata Depan ke, di, dan
dari
Kata depan ke,
di, dandari ditul terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali dalam gabungan kata
yang
sudah
lazim
dianggap sebagai suatu kata
seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
1.
Kain itu ada di dalam lemari.
2.
Mari kita berangkat ke pasar.
3.
Ia dating dari Bandunng kemarin.
2.2.7 Kata si
dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya:
1.
Harimau itu marah sekali pada
sang kancil.
2.
Surat itu dikirimkan kepada si pengirim.
2.2.8 Partikel
·
Partikel -lah ,-kah
dan
-tah ditulis serangkaian dengan
kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
1.
Bacalah buku
itu
dengan teliti.
2.
Siapakah pengarang buku itu?
·
Partikel pun ditulis terpisah
dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
1.
Jika kau pergi, aku
pun ikut pergi.
2.
Satu kali pun kau belum pernah pariwisata?
·
Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah daribagian kalimat yang mendahului dan mengikutinya.
Misalnya:
1.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 april.
2.
Buku itu disusun ke lemari satu per
satu.
3.
Harga kain itu
Rp 50.000 per helai.
2.2.9 Singkatan dan
Akronim
·
Singkatan ialah bentuk kata/kalimat yang dipendekan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
1)
Singkatan nama orang,
nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
Muh. Yamijn
M.Sc.
Bpk.
2)
Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri dari huruf awal
kata tulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan
tanda
titik. Misalnya:
DPR
PT
KTP
3)
Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf ataw lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll.
dsb.
Yth.
4)
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Na
cm
kg
Rp
·
Akronim adalah singkatan yang
berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
kata sebagai.
1). Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
Ø ABRI : Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia
Ø UPI : Universitas Pendidikan
Indonesia
Ø SIM : Surat
Izin Mengemudi
2). Akronim nama diri yang berupa gabungan
suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Ø Akabri :
Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Ø Kowani : Kongres Wanita
Indonesia
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun ganbungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya
ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
Ø Pemilu : pemilihan umum
Ø Rudal : peluru kendali
Ø Tilang :
bukti pelanggaran
2.2.10Angka dan
Lambang Bilangan
·
Angka dipakai
untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Didalam tulisan lazim digunakan angka
Arab atau angka Romawi.Angka Arab : 0,
1, 2, 3, 4, 5…
Angka Romawi : I,
II, III, IV, V, VI, VII, VIII,
IX, X …
·
Angka digunakan untuk
menyatakan
ukuran
panjang, berat luas
dan
isi,
satuan waktu, nilai uang,
dan kuantitas. Misalnya:
5 Kilogram
10 liter
pukul 15.00
27 rang.
·
Angka lazim dipakai untuk melambangkan
nomor jalan, rumah apartemen, atau kamar
pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15.
Hotel Indonesia, kamar 169.
·
Angka juga digunakan untuk
menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci. Misalnya:
Bab X,
Pasal 5,
halaman
252
Surat Yasinn:9
·
Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai
berikut.
1) Bilangan utuh
Misalnya:
Dua belas
:12
Dua puluh
dua : 22
Dua ratus
dua puluh dua : 222
2) Bilangan pecahan
Misalnya:
Tiga perempat : 3/4
Tiga dua pertiga : 32/3
Satu persen :
1%
·
Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan
dengan cara berikut.
Misalnya:
Pada abad XX.
Sultan Hamengkubuono ke X.
·
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran
-an.
Misalnya:
Uang 5000-an.
Lima uang 10000-an
·
Lambang bilangan
yang dapat dinyatakandengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai
secara
berurutan, seperti dalam perincian
dan pemaparan.
Misalnya:
Amir nonton drama itu sampai tiga kali.
Diantara 72
anggota yang hadir, 52
orang setuju, 20 orang tidak setuju.
·
Lambang bilangan
pada
awal
kalimat
ditulis dengan huruf. Jika
perlu, susunan kalimat diubah
sehingga
bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua
kata tidak terdapat pada aawal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas
dalam kecelakaan itu.
Pak Darma mengundang
250 orang tamu.
·
Angka yang menunjukan bilangan
utuh yang besar dapat
dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120juta orang
·
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh
orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
·
Jika bilangan dilambangkan
dengan angka dan
huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda
terima uang sebesar Rp 999,75 (Sembilan ratus
Sembilan
puluh Sembilan dan
tujuh puluh
lima
perseratus rupiah).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam uraian dalam makalah
ini maka dapat disimpulkan bahwa:
penulisan kata adalah proses atau cara menukis yang
mempertimbangkan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan sebagai wujud
kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai ejaan
yang disempurnakan. Dalam penulisan kata terdapat pedoman-pedoman, pedoman-pedoman
yang harus diperhatikan dalam penulisan kata yaitu:
1.
Kata dasar
2.
Kata turunan
3.
Bentuk ulang
4.
Gabungan kata
5.
Kata ganti ku, kau, mu dan nya
6.
Kata depan ke, di dan dari
7.
Kata si dan sang
8.
Partikel
9.
Singkatan dan akronim
10. Angka dan
lambang bilangan
3.2 Saran
Bahasa Indonesia yang baik
dan benar yang sesui dengan EYD penggunaanya sudah sangat merosot. Sehingga
diharapkan sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa, kita dapat
mempelajari dan menggunakan bahasa indonesia yang benar.
Comments
Post a Comment