BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dalam sebuah karangan ilmiah tidak mungkin
baik bila paragraf-paragraf penyusunnya tidak baik. Sama halnya dengan
paragraf, tidak mungkin menjadi paragraf yang baik bila kalimat-kalimat
penyusunnya juga tidak baik. Demikian juga dengan kalimat, tidak mungkin
diperoleh kalimat yang baik bila kata-kata penyusunnya tidak tepat dan tidak
sesuai. Berkaitan dengan paragraf, berikut ini kami akan membahas mengenai
paragraf khususnya untuk pengembangan paragraf yang koheren atau baku.
1.2
Rumusan masalah
Adapun
rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah
pengertian paragraf ?
2. Apasajakah
ciri-ciri paragraf ?
3. Apasajakah
unsur-unsur paragraf ?
4. Apasajakah
asas-asas paragraf ?
5. Apasajakah
syarat-syarat pembentukan/pengembangan paragraf ?
6. Apakah
fungsi paragraf ?
7. Apasajakah
macam-macam paragraf ?
8. Bagaimanakah
pengembangan paragraf ?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini, sebagai berikut :
1. Mengetahui
serta memahami pengertian paragraf.
2. Mengetahui
serta memahami ciri-ciri paragraf.
3. Mengetahui
serta memahami unsur-unsur paragraf.
4. Mengetahui
serta memahami asas-asas paragraf.
5. Mengetahui
syarat-syarat pembentukan / pengembangan paragraf
6. Mengetahui
serta memahami fungsi paragraf
7. Mengetahui
serta memahami macam-macam paragraf
8. Mengetahui
serta memahami pengembangan paragraf
1.4 Manfaat
Guna
menambah wawasan penulis serta pembaca sehingga dapat lebih memahami materi
mengenai paragraf yang koheren yang meliputi pengertian, ciri-ciri,
unsur-unsur, asas-asas, syarat-syarat pembentukannya, fungsi, macam-macam dan,
teknik serta pola pengembangan paragraf.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Paragraf
Paragraf berasal dari bahasa Yunani paragrafos,
"menulis di samping" atau "tertulis di samping". Paragraf
didefinisikan sebagai suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide.
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.
Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat
kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan)
beberapa ketukan atau spasi. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan
kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik
tersebut. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Sebuah paragraf
biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan
kalimat pendukung.
2.2 Ciri - Ciri Paragraf
Berdasarkan pengertian paragraf tersebut, kita dapat mengenal ciri-ciri paragraf. Tarigan dalam Mudlofar (2002: 95) menyatakan beberapa ciri paragraf, yaitu:
Berdasarkan pengertian paragraf tersebut, kita dapat mengenal ciri-ciri paragraf. Tarigan dalam Mudlofar (2002: 95) menyatakan beberapa ciri paragraf, yaitu:
a. Setiap
paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok keseluruhan karangan.
b.
Umumnya paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat.
c.
Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.
d.
Paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padat.
e.
Kalimat-kalimat dalam paragraf tersusun secara logis
dan sistematis.
Unsur-Unsur
Paragraf Paragraf harus disusun secara sistematis dan logis agar jalan pikiran
tersebut dapat diterima dengan baik dan jelas. Adapun unsur –unsur paragraf:
1. Transisi
Transisi merupakan mata rantai penghubung antar paragraf yang berfungsi sebagai
penghubung jalan pikiran dua paragraf yang berdekatan. Di sisi lain transisi
juga berfungsi sebagai penunjang koherensi dan kepaduan antarbab, antaranak
bab, dan antarparagraf dalam satu karangan. Ada dua cara untuk menghubungkan
dua paragraf, yaitu: cara implisit, dan cara eksplisit. Hubungan implisit tidak
ditandai oleh alat penanda transisi tertentu, namun hubungan antarparagraf
dapat dirasakan. Sedangkan hubungan eksplisit dinyatakan oleh penanda transisi
tertentu, seperti kata, kelompok kata, dan kalimat. Secara garis besar alat
penanda transisi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.
Penanda hubungan kelanjutan.
Misal: dan,
lagi, serta, lagipula, tambahan lagi;
b.
Penanda hubungan urutan waktu.
Misal: dahulu,
kini, sekarang, sebelum, setelah, sesudah, kemudian, sementara itu;
c.
Penanda klimaks.
Misal:
paling …, se-nya, ter-;
d.
Penanda perbandingan.
Misal: sama,
seperti, ibarat, bagaikan, bak, laksana;
e.
Penanda kontras.
Misal:
tetapi, biarpun, walaupun, sebaliknya, kendatipun;
f.
Penanda urutan jarak.
Misal: di
sini, di sana, di situ, dekat, jauh, sebelah …;
g.
Penanda ilustrasi.
Misal:
umpama, contoh, misalnya;
h.
Penanda sebab-akibat/ kausalitas.
Misal:
karena, sebab, oleh karena, akibatnya, karena itu, oleh karena itu;
i.
Penanda kondisi.
Misal: jika,
jikalau, kalau, andaikata, seandainya;
j.
Penanda kesimpulan.
Misal:
kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya, rangkuman.
2. Kalimat
Topik Kalimat topik merupakan mayor point, main idea, central idea, atau topic
sentence. Kalimat topik merupakan pikiran utama, pokok pikiran, ide pokok, atau
kalimat pokok. Kalimat topik merupakan perwujudan ide pokok paragraf dalam
bentuk umum atau abstrak. Letak kalimat topik dapat di awal paragraf, tengah
paragraf, dan akhir paragraf.
3. Kalimat
Pengembangan Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok
yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok. Pengembangan kalimat topik
yang bersifat kronologis biasanya menyangkut hubungan antara benda atau
kejadian. Urutannya masa lalu, kini dan masa yang akan datang. Bila
pengembangan kalimat topik berhubungan dengan jarak (spasial), biasanya
menyangkut hubungan antara benda, peristiwa, atau hal dengan ukuran jarak.
Urutannya dimulai dari jarak yang paling dekat, lebih jauh, jauh dan paling
jauh. Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan sebab-akibat,
kemungkinan urutannya sebab dinyatakan lebih dahulu, kemudian diikuti akibatnya,
atau sebaliknya. Penyusunan urutan kalimat pengembang yang berdasarkan urutan
nomornya dimulai dari kejadian pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
4.
Kalimat Penegas Kalimat penegas merupakan elemen
paragraf yang berfungsi:
a.
sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik;
dan
b. sebagai daya
penarik bagi para pembaca atau sebagai selingan menghilangkan kejemuan.
2.3 Asas-Asas Paragraf
Dalam mengelola paragraf yang baik perlu menerapkan
enam asas yang berkenaan dengan gagasan. Keenam asas tersebut lebih menyangkut
tatanan dalam menyampaikan gagasan. Keenam asas dalam menuangkan gagasan dalam
paragraf, adalah sebagai berikut:
1.
Kejelasan, berarti sifat tidak samar-samar
sehingga tiap butir fakta dan pendapat yang dikemukakan seakan-akan tampak
nyata oleh pembaca. Karangan tersebut mudah dipahami dan tidak mungkin disalah
tafsirkan.
2.
Keringkasan, berarti karangan tersebut
tidak pendek atau singkat, melainkan bahwa karangan itu tidak berboros kata,
tidak berlebih-lebihan dengan ungkapan, tidak mengulang-ulang butir ide yang
sama, tidak berputar-putar dalam menyampaikan gagasan.
3.
Ketepatan, artinya bahwa karangan dapat
menyampaikan butir-butir pengetahuan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya
seperti maksud penulis. Ketepatan juga meliputi ketepatan menaati tata aturan
tata bahasa, ejaan, dan tanda.
4.
Kesatupaduan, Artinya bahwa segala sesuatu
yang disajikan dalam karangan harus berkisar, bergayutan dan relevan dalam satu
gagasan pokok atau pikiran utama karangan.
5.
Pertautan, atau koherensi, asas yang
menghendaki agar ada saling kait antar kalimat dalam paragraf dan antar
paragraf. Pertautan menghendaki agar jangan sampai ada kata atau frasa yang
tidak jelas rujukannya.
6. Harkat,
asas yang menghendaki karangan benar-benar berbobot, kita harus menerapkan
hukum DM dalam membangun paragraf, dengan satu D dan jumlah M yang memadai,
yang lengkap. Asas harkat juga asas pengembangan yang memadai.
2.5 Syarat – Syarat Pembentukan/Pengembangan
Paragraf
Dalam
pembentukan/pengembangan paragraf, perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan
berikut :
1. Kesatuan
1. Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan ialah paragraf harus
memperhatikan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Sebuah
paragraf dikatakan memiliki kesatuan bila unsur-unsurnya bersama-sama bergerak
menunjang sebuah maksud tunggal atau gagasan utamanya. Uraian-uraian dalam
sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata
lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan
merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus
terfokus pada gagasan pokok.Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini
:
Kebutuhan hidup
sehari-hari setiap keluarga dalam masyarakat tidaklah sama. Hal ini sangat
tergantung pada besarnya penghasilan setiap keluarga. Keluarga yang
berpenghasilan sangat rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit terpenuhi. Lain
halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi. Mereka dapat menyumbangkan
sebagian penghasilannya untuk membangun tempat-tempat beribadah, atau untuk
kegiatan sosial lainnya. Tempat ibadah memang perlu bagi masyarakat. Pada
umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun secara bergotong royong dan sangat
mengandalkan sumbangan para dermawan. Perbedaan penghasilan yang besar dalam
masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah antara Si kaya dan Si miskin.
2. Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf
ialah koherensi atau kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau
tumpukan kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi
dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan
pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat
dengan mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena
adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.
Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam
karangan ilmiah sekaligus sebagai penanda hubungan dapat dirinci sebagai
berikut.
a.
Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang
sudah disebutkan sebelumnya, misalnya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya,
di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya, kedua,
ketiga, akhirnya, tambahan pula, demikian juga.
b.
Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain
halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebaliknya, sama
sekali tidak, biarpun, meskipun.
c.
Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu
yang sudah disebutkan sebelumnya; misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun,
walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.
d.
Hubungan yang menyatakan akibat/hasil; misal: sebab
itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya.
e.
Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara
itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah itu, kemudian.
f.
Hubungan yang menyatakan singkatan, misal: pendeknya,
ringkasnya, secara singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata
lain, misalnya, yakni, sesungguhnya.
g.
Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di
sana, dekat, di seberang, berdekatan, berdampingan dengan.
3. Koherensi
Sebuah paragraf bukanlah sebuah tumpukan
kalimat-kalimat yang masing-masing bersdiri sendiri, tetapi kalimat-kalimat itu
dibangun oleh adanya hubungan timbal-balik. Dengan demikian diperlukan urutan
pikiran yang koheren (terpadu), sehinga tidak terdapat loncatan pikiran yang
membingungkan. Suatu paragraf dikatakan koheren jika kalimat-kalimat itu saling
berhubungan untuk mendukung pikiran utama.
4.Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh berikut ini.
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh berikut ini.
• Contoh
pertama
Suku Dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka
berselisih dan bersengketa.
Contoh paragraf di atas hanya diperluas dengan perulangan. Pengembangannya pun tidak maksimal.
• Contoh kedua
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah
Contoh paragraf kedua di atas merupakan contoh paragraf yang tidak dikembangkan. Paragraf di atas hanya terdiri dari kalimat topik saja. Contoh ketiga berikut ini merupakan contoh pengembangan dari contoh paragraf kedua di atas.
• Contoh ketiga
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah. Tidak adanya penyediaan dana untuk melindungi ketam kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya untuk panda dan harimau. Jenis mahkluk laut tertentu tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa di kawasan Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah. Sangat sukar menemukan tiram hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati mudah ditemukan. Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan kepiting begal yang biasa menyebar dari pantai barat Afrika sampai bagian barat Lautan Teduh, kini hanya dijumpai di daerah kecil yang terpencil. Dari mana diperoleh dana untuk melindungi semua ini?
Perlu kiranya ditambahkan di sini bahwa ada jenis wacana khusus/tertentu yang sengaja dibuat satu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat saja dan ini merupakan kalimat topik. Wacana tersebut adalah wacana Tajuk Rencana dalam suatu surat kabar. Sesuai dengan ciri wacana jurnalistik dalam sebuah tajuk, bahwa tajuk rencana merupakan gagasan dari redaksi surat kabar tersebut pada suatu masalah tertentu/sikap redaksi, sehingga apa yang diuraikan hanyalah gagasan-gagasan pokoknya saja sementara uraian secara panjang lebar dapat dilihat dan dibaca pada berita-berita utamanya.
Contoh paragraf di atas hanya diperluas dengan perulangan. Pengembangannya pun tidak maksimal.
• Contoh kedua
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah
Contoh paragraf kedua di atas merupakan contoh paragraf yang tidak dikembangkan. Paragraf di atas hanya terdiri dari kalimat topik saja. Contoh ketiga berikut ini merupakan contoh pengembangan dari contoh paragraf kedua di atas.
• Contoh ketiga
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah. Tidak adanya penyediaan dana untuk melindungi ketam kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya untuk panda dan harimau. Jenis mahkluk laut tertentu tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa di kawasan Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah. Sangat sukar menemukan tiram hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati mudah ditemukan. Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan kepiting begal yang biasa menyebar dari pantai barat Afrika sampai bagian barat Lautan Teduh, kini hanya dijumpai di daerah kecil yang terpencil. Dari mana diperoleh dana untuk melindungi semua ini?
Perlu kiranya ditambahkan di sini bahwa ada jenis wacana khusus/tertentu yang sengaja dibuat satu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat saja dan ini merupakan kalimat topik. Wacana tersebut adalah wacana Tajuk Rencana dalam suatu surat kabar. Sesuai dengan ciri wacana jurnalistik dalam sebuah tajuk, bahwa tajuk rencana merupakan gagasan dari redaksi surat kabar tersebut pada suatu masalah tertentu/sikap redaksi, sehingga apa yang diuraikan hanyalah gagasan-gagasan pokoknya saja sementara uraian secara panjang lebar dapat dilihat dan dibaca pada berita-berita utamanya.
2.6 Fungsi Paragraf
Paragraf juga dapat dikatakan sebagai
sebuah karangan yang paling pendek(singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat
membedakan dimana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kepayahan membaca
tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf. Kita pun susah memusatkan pikiran
pada satu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf, kita dapat berhenti
sebentar sehingga kita dapat memusatkan pikiran tetang gagasan yang terkandung
dalam paragraf itu.
Selain itu, paragraf juga dapat berfungsi
sebagai tanda pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih lanjut topik
sebelumnya. Paragraf juga bisa berfungsi untuk menambah hal-hal yang penting
atau untuk merinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya. Lebih
lanjut, Widjono (2007: 175) menjelaskan bahwa paragraf juga bisa berfungsi
sebagai berikut.
1.
Mengekspresikan gagasan tertulis dengan
memberi bentuk satuan pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang
tersusun secara logis, dalam satu kesatuan.
2.
Menandai peralihan (pergantian) gagasan
baru lagi karangan yang etrdiri dari beberapa paragraf. Ganti paragraf berarti
ganti pikiran.
3.
Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi
penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembaca.
4.
Memudahkan pengembangan topik karangan ke
dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil.
5.
Memudahkan pengendalian variabel, terutama
karangan yang terdiri dari beberapa variabel.
Supaya lebih jelas,
perhatikan contoh 1 berikut!
Dalam
pertarungan matador yang resmi, biasanya ada enam ekor banteng yang dibunuh
oleh tiga orng laki-laki. Setiap laki-laki membunuh dua ekor banteng.banteng
itu harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu: berumur 4-5 tahun, tidak
cacat, dan telah mempunyai tanduk yang runcing serta bagus. Banteng-banteng ini
telah diperiksa oleh dokter hewan setempat sebelum bertanding. Dokter hewan
berhak menolak banteng yang tidak memenuhi syarat, misalnya: masih dibawah
umur, tanduk masih lemah, ada kelainan di mata, atau penyakit yang nyata
kelihatan.
Laki-laki
yang bertugas membunuh mereka disebut matador. Pilihan banteng yang akan mereka
bunuh tergantung hasil undian. Setiap matador mempunyai tiga orang candrilla
yang terdiri dari lima-enam orang yang dibayar dn diperintah oleh matador. Tiga
dan lima/enam orang tersebut menolongnya dilapangan, dengan memakai mantel
tanpa lengan dan atas perintahnya menempatkan banderillas yaitu kayu yang
panjangnya tiga kaki dengan ujung yang tajam dan berbentuk garpu yang disebut
peones atau banderilleos. Yang dua lagi dinamakan picadors, mereka muncul
dengan menunggang kuda di arena. (Earnest emingway, The Bullfight)
Dari
contoh diatas, dapat dilihat peralihan antara paragraf pertama dan pargraf
kedua. Paragraf pertama bercerita tentang banteng, sedangkan paragraf kedua
tentang laki-laki yang bertugas membunuh banteng (matador). Paragraf pertama
dan kedua pun terlihat berhubungan erat.
Perhatikan pula contoh 2 berikut!
Tanda-tanda
lalu lintas agaknya sudah dijadikan sebagai simbol(lambang) yang berlaku
dimana-mana dan mudah dipahami. Setiap pengendara atau masyarakat mengetahui
arti dan fungsinya. Sekarang timbul pertanyaan, apakah sebetulnya simbol itu?
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa simbol ialah sesuatu yang pengandung arti
lebih dari yang terdapat dalam fakta. Di sekeliling kita banyak simbol-simbol
yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Simbol yang pemakaiannya begitu
umum terdapat juga dalam puisi. Bahkan dalam puisi, pemakaian simbol cukup
dominan. Justru disinilah letak unsur seninya, karena simbol itu erat sekali
hubungannya dengan tujuan penyair untuk menyuarakan sesuatu secara tepat yang
berkaitan erat dengan pengimajiannya.
Dari
contoh di atas dapat dilihat bahwa penulis menambahkan hal-hal yang penting
untuk memerinci apa yang diutarakan dalam paragraf terdahulu. Penulis
menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan paragrafpertama dan memberikan contoh
yang spesifik penggunaan simbol dalam bidang lain yaitu puisi.
2.7
Macam-Macam Paragraf
Berdasarkan
sifat dan tujuannya paragraf dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Paragraf pembuka
Paragraf pembuka merupakan paragraf yang berperan sebagai pengatur untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan.
2. Paragraf penghubung
Paragraf penghubung ialah semua paragraf yang terdapat antara paragraf pembuka dan penutup yang berisi uraian masalah yang dibahas.
3. Paragraf penutup
Paragraf penutup ialah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan.
Berdasarkan kalimat utamanya, paragraf terbagi menjadi:
1. Paragraf deduksi
Paragraf deduksi ialah paragraf yang kalimat utamanya terletak diawal.
2. Paragraf Induksi
Paragraf induksi adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak diakhira paragraf.
3. Paragraf kombinasi (campuran)
Paragraf kombinasi ialah paragraf yang kalimat utamanya terletak diawal dan diakhir paragraf.
Berdasarkan isi, paragraf terbagi menjadi:
1. Paragraf narasi
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
2. Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi ialah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
3. Paragraf eksposisi
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
4. Paragraf argumentasi
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
5. Paragraf persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
1. Paragraf pembuka
Paragraf pembuka merupakan paragraf yang berperan sebagai pengatur untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan.
2. Paragraf penghubung
Paragraf penghubung ialah semua paragraf yang terdapat antara paragraf pembuka dan penutup yang berisi uraian masalah yang dibahas.
3. Paragraf penutup
Paragraf penutup ialah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan.
Berdasarkan kalimat utamanya, paragraf terbagi menjadi:
1. Paragraf deduksi
Paragraf deduksi ialah paragraf yang kalimat utamanya terletak diawal.
2. Paragraf Induksi
Paragraf induksi adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak diakhira paragraf.
3. Paragraf kombinasi (campuran)
Paragraf kombinasi ialah paragraf yang kalimat utamanya terletak diawal dan diakhir paragraf.
Berdasarkan isi, paragraf terbagi menjadi:
1. Paragraf narasi
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
2. Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi ialah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
3. Paragraf eksposisi
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
4. Paragraf argumentasi
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
5. Paragraf persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
2.8 Pengembangan Paragraf
Yang dimaksud dengan pola pengembangan adalah bentuk
pengembangan kalimat utama ke dalam kalimat-kalimat penjelas. Pengembangan paragraf
mencakup dua persoalan utama, yakni:
• Kemampuan merinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan penjelas.
• Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas kedalam gagasan-gagasan penjelas
• Kemampuan merinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan penjelas.
• Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas kedalam gagasan-gagasan penjelas
A. Pengembangan paragraf berdasarkan teknik :
Pengembangan paragraf yang pertama
dapat dilihat dari sudut pandang teknik. Berdasarkan tekniknya pengembangan
paragraf dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Secara Alamiah
Pengembangan secara alamiah ini seorang penulis dapat menggunakan pola yang sudah ada pada obyek atau kajian yang dibicarakan. Penulis dapat menggunakan dua pola. Pertama, pola spesial atau urutan ruang, misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar kedalam dan sebagainya. Kedua, pola kronologis atau urutan waktu, misalnya gambaran urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tindakan, tadi sekarang, nanti, besok, dan sebagainya.
1. Secara Alamiah
Pengembangan secara alamiah ini seorang penulis dapat menggunakan pola yang sudah ada pada obyek atau kajian yang dibicarakan. Penulis dapat menggunakan dua pola. Pertama, pola spesial atau urutan ruang, misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar kedalam dan sebagainya. Kedua, pola kronologis atau urutan waktu, misalnya gambaran urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tindakan, tadi sekarang, nanti, besok, dan sebagainya.
Paragraf
yang dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti
kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan
dilakukan, dan diikuti oleh kalimat -kalimat yang mengungkapkan waktu peristiwa
terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara
ini tidak dijumpai adanya kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti ini
biasanya digunakan pada paragraf naratif dan prosedural.
Paragraf
yang dikembangkan berdasarkan urutan ruang atau tempat membawa pembaca dari
satu titik ke titik berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu berarti kalimat
yang satu mengungkapkan suatu bagian (gagasan) yang terdapat pada posisi
tertentu, dan diikuti oleh kalimat -kalimat lain yang mengungkapkan gagasan
yang berada pada posisi yang lain. Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang ini
tidak boleh sembarangan, sebab cara yang demikian akan mengakibatkan
pembaca mengalami kesulitan memahami pesan. Paragraf seperti ini biasanya
digunakan pada paragraf deskriptif.
2. Pengembangan Secara Logis
2. Pengembangan Secara Logis
Pengembangan
paragraf secara logis maksudnya adalah pengembangan paragraf menggunakan
pola pikir tertentu. Pengembangan paragraf secara logis dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu klimaks-antiklimaks, dan umum-khusus. Paragraf yang
dikembangkan klimaks-antiklimaks dibagi menjadi dua, yang pertama klimaks, dan
yang kedua antiklimaks. Pengembangan paragraf secara klimaks dilakukan dengan
cara menyajikan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai
gagasan bawahan, kemudian diakhiri dengan gagasan yang paling tinggi
kedudukannya atau kepentingannya. Sebaliknya, pengembangan paragraf secara
antiklimaks dilakukan dengan terlebih dulu gagasan yang dianggap paling
kompleks kedudukannya atau kepentingannya, baru diikuti dengan gagasan-gagasan
yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, gagasan yang
dianggap kurang penting atau rendah kedudukannya.
Pengembangan
paragraf berdasarkan kriteria umum-khusus, dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu paragraf yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus, dan khusus ke
umum. Paragraf yang dikembangkan secara umum ke khusus berupa paragraf yang
dimulai dengan gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama, kemudian
diikuti dengan gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian. Paragraf
yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus ini biasa disebut dengan paragraf
deduktif. Paragraf yang dikembangkan secara khusus ke umum berupa
paragraf yang dimulai dengan gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau
rincian, kemudian diikuti dengan gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan
utama. Paragraf yang dikembangkan dengan cara khusus ke umum ini biasa disebut
dengan paragraf induktif. Pengembangan paragraf logis umum-khusus ini, baik
dengan cara umum ke khusus (deduktif) maupun khusus ke umum (induktif), paling
banyak diguankan, lebih -lebih dalam karya ilmiah karena karya ilmiah pada
umumnya merup sintesis antara deduktif dan induktif.
Susunan logis ini mengenal dua macam urutan, yaitu:
• Urutan ruang (spasial)
Membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari bawah ke atas, dari kanan ke kiri dan sebagainya;
Misal :
Bangunan itu terbagi dalam empat ruang. Pada ruang pertama yang sering disebut dengan bangsal srimanganti, terdapat dua pasang kursi kayu ukiran Jepara. Ruangan ini sering digunakan Adipati Sindungriwut untuk menerima tamu kadipaten. Di sebelah kiri bangsal srimanganti, terdapat ruangan khusus untuk menyimpan benda-benda pusaka kadipaten dan cendera mata dari kadipaten-kadipaten lain. Ruangan ini tertutup rapat dan selalu dijaga oleh kesatria-kesatria terpilih Kadipaten Ranggenah. Ruangan tempat menyimpan benda-benda pusaka dan cendera mata ini sering disebut kundalini mesem. Agak jauh di sebelah kanan ruang kundalini mesem terdapat sebuah ruangan yang senantiasa menebarkan aroma dupa. Ruang ini disebut ruang pamujan karena di tempat inilah Sang Adipati selalu mengadakan upacara dan kebaktian. Beberapa meter dari ruang pamujan terdapat ruangan kecil dengan sebuah tempayan besar di tengahnya. Ruangan ini sering disebut dengan ruang reresik, karena ruangan ini sering digunakan untuk membersihkan diri Sang Adipati sebelum masuk ke ruang pamujan.
Susunan logis ini mengenal dua macam urutan, yaitu:
• Urutan ruang (spasial)
Membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari bawah ke atas, dari kanan ke kiri dan sebagainya;
Misal :
Bangunan itu terbagi dalam empat ruang. Pada ruang pertama yang sering disebut dengan bangsal srimanganti, terdapat dua pasang kursi kayu ukiran Jepara. Ruangan ini sering digunakan Adipati Sindungriwut untuk menerima tamu kadipaten. Di sebelah kiri bangsal srimanganti, terdapat ruangan khusus untuk menyimpan benda-benda pusaka kadipaten dan cendera mata dari kadipaten-kadipaten lain. Ruangan ini tertutup rapat dan selalu dijaga oleh kesatria-kesatria terpilih Kadipaten Ranggenah. Ruangan tempat menyimpan benda-benda pusaka dan cendera mata ini sering disebut kundalini mesem. Agak jauh di sebelah kanan ruang kundalini mesem terdapat sebuah ruangan yang senantiasa menebarkan aroma dupa. Ruang ini disebut ruang pamujan karena di tempat inilah Sang Adipati selalu mengadakan upacara dan kebaktian. Beberapa meter dari ruang pamujan terdapat ruangan kecil dengan sebuah tempayan besar di tengahnya. Ruangan ini sering disebut dengan ruang reresik, karena ruangan ini sering digunakan untuk membersihkan diri Sang Adipati sebelum masuk ke ruang pamujan.
• Urutan
waktu (kronologis)
Menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Misal :
Menendang bola dengan sepatu baru dikenalnya sekitar tahun 1977, saat ia baru lulus dari STM Negeri 3 jurusan teknik elektro. Yang pertama kali melatihnya adalah klub Halilintar. Dari sini pretasinya terus menanjak hingga kemudian ia dapat bergabung dengan klub Pelita Jaya sampai sekarang. Tahun 1984 ia pernah dipanggil untuk memperkuat PSSI ke Merdeka Games di Malaysia. Waktu ia dipanggil lagi untuk turnamen di Brunei tahun 1985, ia gagal memenuhinya karena kakinya cedera.
Menendang bola dengan sepatu baru dikenalnya sekitar tahun 1977, saat ia baru lulus dari STM Negeri 3 jurusan teknik elektro. Yang pertama kali melatihnya adalah klub Halilintar. Dari sini pretasinya terus menanjak hingga kemudian ia dapat bergabung dengan klub Pelita Jaya sampai sekarang. Tahun 1984 ia pernah dipanggil untuk memperkuat PSSI ke Merdeka Games di Malaysia. Waktu ia dipanggil lagi untuk turnamen di Brunei tahun 1985, ia gagal memenuhinya karena kakinya cedera.
B. Pengembangan
paragraf berdasarkan pola:
Adapun pola
pengembangan paragraf itu sendiri antara lain sebagai berikut:
1. Pola Klimaks dan Antiklimaks
Pembuatan klimaks dilakukan dengan penampilan gagasan utama yang rinci dari persoalan yang paling rendah kedudukannya. Sementara itu pengembangan antiklimaks merupakan kebalikan dari klimaks.
Gagasan utama mula-mula dirinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga gagasan yang paling tinggi kedudukan/kepentingannya.
1. Pola Klimaks dan Antiklimaks
Pembuatan klimaks dilakukan dengan penampilan gagasan utama yang rinci dari persoalan yang paling rendah kedudukannya. Sementara itu pengembangan antiklimaks merupakan kebalikan dari klimaks.
Gagasan utama mula-mula dirinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga gagasan yang paling tinggi kedudukan/kepentingannya.
Contoh berikut kiranya dapat memperjelas
uraian ini :
Bentuk traktor mengalami perkembangan dari jaman ke jaman seiring dengan kemajuan tehnologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap baru jaya-jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. Pada waktu tank menjadi pusat perhatian orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model seperti tank. Keturunan traktor model tank ini sampai sekarang masih dipergunakan orang, yaitu traktor yang memakai roda rantai. Traktor semacam ini adalah hasil perusahaan Carterpillar. Di samping Carterpillar, Ford pun tidak ketinggalan dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang pun tidak mau kalah bersaing dalam bidang ini. Produk Jepang yang khas di Indonesia terkenal dengan nama padi traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari model-model sebelumnya.
Pikiran utama dari paragraf di atas adalah “bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman ke zaman”. Pikiran utama itu kemudian dirinci dengan gagasan-gagasan bahwa traktor yang dijalankan dengan mesin uap, traktor yang memakai roda rantai, traktor buatan Ford, dan traktor buatan Jepang.
Variasi dari klimaks ialah antiklimaks. Pengembangan dengan antiklimaks dilakukan dengan cara menguraikan gagasan dari yang paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun ke gagasan lain yang lebih rendah.
Bentuk traktor mengalami perkembangan dari jaman ke jaman seiring dengan kemajuan tehnologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap baru jaya-jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. Pada waktu tank menjadi pusat perhatian orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model seperti tank. Keturunan traktor model tank ini sampai sekarang masih dipergunakan orang, yaitu traktor yang memakai roda rantai. Traktor semacam ini adalah hasil perusahaan Carterpillar. Di samping Carterpillar, Ford pun tidak ketinggalan dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang pun tidak mau kalah bersaing dalam bidang ini. Produk Jepang yang khas di Indonesia terkenal dengan nama padi traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari model-model sebelumnya.
Pikiran utama dari paragraf di atas adalah “bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman ke zaman”. Pikiran utama itu kemudian dirinci dengan gagasan-gagasan bahwa traktor yang dijalankan dengan mesin uap, traktor yang memakai roda rantai, traktor buatan Ford, dan traktor buatan Jepang.
Variasi dari klimaks ialah antiklimaks. Pengembangan dengan antiklimaks dilakukan dengan cara menguraikan gagasan dari yang paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun ke gagasan lain yang lebih rendah.
2. Pola
Umum-Khusus (bersifat deduktif)
Diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum. Ditandai dengan kata-kata ‘umumnya’, ‘banyak’. Pernyataan tersebut kemudian dijelaskan dengan pernyataan berikutnya yang lebih khusus. Paragraf umum khusus dikembangkan dengan meletakkan pikiran utama pada awal paragraf kemudian rician-rincian berada pada kalimat-kalimat berikutnya.
Contoh deduktif :
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini mungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya persaingan bahasa, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum. Ditandai dengan kata-kata ‘umumnya’, ‘banyak’. Pernyataan tersebut kemudian dijelaskan dengan pernyataan berikutnya yang lebih khusus. Paragraf umum khusus dikembangkan dengan meletakkan pikiran utama pada awal paragraf kemudian rician-rincian berada pada kalimat-kalimat berikutnya.
Contoh deduktif :
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini mungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya persaingan bahasa, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.
3. Pola Khusus-Umum (bersifat induktif)
Sebaliknya dari paragraf khusus umum, mula-mula dikembangkan rincian-rincian kemudian pada akhir paragraf disampaikan generalisasinya.
Contoh:
Sebagian besar orang tampak berjejer di pinggir jalan masuk. Sebagian lagi duduk santai di atas motor dan mobil yang diparkir seenaknya di kiri dan kanan jalan masuk. Kawasan bandara sore ini memang benar-benar telah dibanjiri lautan manusia.
Sebaliknya dari paragraf khusus umum, mula-mula dikembangkan rincian-rincian kemudian pada akhir paragraf disampaikan generalisasinya.
Contoh:
Sebagian besar orang tampak berjejer di pinggir jalan masuk. Sebagian lagi duduk santai di atas motor dan mobil yang diparkir seenaknya di kiri dan kanan jalan masuk. Kawasan bandara sore ini memang benar-benar telah dibanjiri lautan manusia.
4. Pola
Perbandingan
Pola yang membandingkan sesuatu untuk menemukan perbedaan atau persamaan. Paragraf perbandingan dan pertentangan ialah cara pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang , subjek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu (Keraf dalam Mudlofar 2002: 99).
Contoh :
Sepak bola adalah olahraga paling populer di dunia banyak orang memainkan olahraga ini mulai dari anak – anak hingga orang dewasa. Namun seiring dengan perkembangan zaman lapangan sepak bola sudah sangat sulit untuk di temukan di kota – kota besar di Jakarta. Sehingga banyak yang beralih ke olahraga futsal. Futsal sendiri adalah olahraga yang hampir serupa dengan sepak bola hanya saja untuk olahraga futsal hanya dimainkan oleh 5 orang dalam satu tim sehingga lapangan yang digunakan pun lebih kecil dibandingkan dengan sepak bola.
Pola yang membandingkan sesuatu untuk menemukan perbedaan atau persamaan. Paragraf perbandingan dan pertentangan ialah cara pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang , subjek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu (Keraf dalam Mudlofar 2002: 99).
Contoh :
Sepak bola adalah olahraga paling populer di dunia banyak orang memainkan olahraga ini mulai dari anak – anak hingga orang dewasa. Namun seiring dengan perkembangan zaman lapangan sepak bola sudah sangat sulit untuk di temukan di kota – kota besar di Jakarta. Sehingga banyak yang beralih ke olahraga futsal. Futsal sendiri adalah olahraga yang hampir serupa dengan sepak bola hanya saja untuk olahraga futsal hanya dimainkan oleh 5 orang dalam satu tim sehingga lapangan yang digunakan pun lebih kecil dibandingkan dengan sepak bola.
5. Pola
Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki suatu kesamaan atau kemiripan, biasanya dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata-kata kiasan yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti dan bagaikan. Pengembangan analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah terkenal umum dengan yang tidak dikenal umum.
Contoh :
Hidup manusia ibarat roda yang terus berputar. Kadang ada di atas dan kadang berada di bawah. Saat mereka berada di atas mereka bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan, tapi sebaliknya ketika mereka berada di bawah sulit sekali untuk meraih keinginan yang mereka dambakan. Ada kalanya bagi mereka yang sedang berada di atas janganlah bersikap sombong dan ingatlah bahwa kesuksesab tersebut hanya bersifat sementara. Dan bagi mereka yang berada di bawah, janganlah berputus asa. Karena masih banyak cara untuk mendapatkan kesuksesan tersebut yaitu dengan berusaha dan berdoa.
6. Pola Sebab – Akibat
Pengembangan paragraf dengan cara Sebab – Akibat dilakukan jika menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang sering digunakan yaitu padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan karena.
Sebab dapat bertindak sebagai kalimat utama, sedangkan akibat merupakan kalimat penjelas. Dapat pula sebaliknya , akibat sebagai pikiran utama dan sebab sebagai pikiran penjelas.
Contoh :
Kebiasaan untuk membuang sampah harus ditanamkan sejak dini dalam keseharia kita. Karena masayarakat pada umunya masih kurang memiliki kesadaran untuk mencintai dan menjaga serta melestarikan alam lingkungan kita sendiri. Mereka menganggap hal tersebut hanyalah slogan yang tidak perlu diperhatikan. Tanpa rasa bersalah mereka membuang sampah sembarangan sehingga lingkungan sekitar kita menjadi kotor dan tidak sehat. Dan bila musim hujan tiba, banjir melanda ibukota. Kalau sudah terjadi seperti itu, maka orang-orang akan menyalahkan orang lain atas kejadian tersebut tanpa mereka sadari kalau bencana itu akibat dari ulah mereka sendiri.
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki suatu kesamaan atau kemiripan, biasanya dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata-kata kiasan yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti dan bagaikan. Pengembangan analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah terkenal umum dengan yang tidak dikenal umum.
Contoh :
Hidup manusia ibarat roda yang terus berputar. Kadang ada di atas dan kadang berada di bawah. Saat mereka berada di atas mereka bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan, tapi sebaliknya ketika mereka berada di bawah sulit sekali untuk meraih keinginan yang mereka dambakan. Ada kalanya bagi mereka yang sedang berada di atas janganlah bersikap sombong dan ingatlah bahwa kesuksesab tersebut hanya bersifat sementara. Dan bagi mereka yang berada di bawah, janganlah berputus asa. Karena masih banyak cara untuk mendapatkan kesuksesan tersebut yaitu dengan berusaha dan berdoa.
6. Pola Sebab – Akibat
Pengembangan paragraf dengan cara Sebab – Akibat dilakukan jika menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang sering digunakan yaitu padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan karena.
Sebab dapat bertindak sebagai kalimat utama, sedangkan akibat merupakan kalimat penjelas. Dapat pula sebaliknya , akibat sebagai pikiran utama dan sebab sebagai pikiran penjelas.
Contoh :
Kebiasaan untuk membuang sampah harus ditanamkan sejak dini dalam keseharia kita. Karena masayarakat pada umunya masih kurang memiliki kesadaran untuk mencintai dan menjaga serta melestarikan alam lingkungan kita sendiri. Mereka menganggap hal tersebut hanyalah slogan yang tidak perlu diperhatikan. Tanpa rasa bersalah mereka membuang sampah sembarangan sehingga lingkungan sekitar kita menjadi kotor dan tidak sehat. Dan bila musim hujan tiba, banjir melanda ibukota. Kalau sudah terjadi seperti itu, maka orang-orang akan menyalahkan orang lain atas kejadian tersebut tanpa mereka sadari kalau bencana itu akibat dari ulah mereka sendiri.
7. Pola
Proses
Merupakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan suatu peristiwa.
Contoh :
Pohon anggur selain airnya dapat diminum, daunnya pun dapat digunakan sebagai pembersih wajah. Caranya, ambillah daun anggur secukupnya. Lalu tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya. Tunggu sampai mendidih. Setelah ramuan mendingin, ramuan siap digunakan. Oleskan ramuan pada wajah, tunggu beberapa saat, lalu bersihkan.
Merupakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan suatu peristiwa.
Contoh :
Pohon anggur selain airnya dapat diminum, daunnya pun dapat digunakan sebagai pembersih wajah. Caranya, ambillah daun anggur secukupnya. Lalu tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya. Tunggu sampai mendidih. Setelah ramuan mendingin, ramuan siap digunakan. Oleskan ramuan pada wajah, tunggu beberapa saat, lalu bersihkan.
8. Pola
Sudut Pandang
Merupakan tempat pengarang melihat atau menceritakan suatu hal. Sudut pandang diartikan sebagai penglihatan seseorang atas suatu barang. Misalnya dari samping, dari atas, atau dari bawah. Sebagai orang pertama, orang kedua, atau orang ketiga.
Contoh :
Dengan tersipu Imas dan Jaka menghalau kerbau mereka ke sungai. Bersama-sama mereka memandikan kerbaunya. Mereka pun sama-sama mandi. Namun hal itu tidak lama karena hari sudah senja. Ayah Imas melinting rokok di depan gubuk kecilnya semabrai menunggu Imas pulang. Malam pun terasa mulai sunyi. Dari tepi hutan terdengar lolongan anjing.
Merupakan tempat pengarang melihat atau menceritakan suatu hal. Sudut pandang diartikan sebagai penglihatan seseorang atas suatu barang. Misalnya dari samping, dari atas, atau dari bawah. Sebagai orang pertama, orang kedua, atau orang ketiga.
Contoh :
Dengan tersipu Imas dan Jaka menghalau kerbau mereka ke sungai. Bersama-sama mereka memandikan kerbaunya. Mereka pun sama-sama mandi. Namun hal itu tidak lama karena hari sudah senja. Ayah Imas melinting rokok di depan gubuk kecilnya semabrai menunggu Imas pulang. Malam pun terasa mulai sunyi. Dari tepi hutan terdengar lolongan anjing.
9. Pola
Generalisasi
Adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau pweristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.
Contoh :
Berdasarkan data keuangan tahun 2009, laba yang didapatkan oleh PT X adalah sebesar 250 juta rupiah. Dimana pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2008 perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 500 juta rupiah. Hal ini menunjujkan bahwa perusahaan mengalami penurunan dalam menghasilkan laba sebesar 250 juta rupiah atau turun sebesar 50% dari tahun sebelumnya. Laporan menjadi evaluasi perusahaan tentang kinerja perusahaan mereka. Pihak manajemenpun dituntut untuk segera mengambil kebijakan untuk mengatasi hal tersebut.
10. Pola Klasifikasi
Pola ini merupakan penggunaan cara pengelompokkan hal-hal yang sama untuk memperjelas kalimat utama. Pada mulanya penulis mengelompokkan suatu hal berdasarkan persamaannya, Kemudian diperinci lagi lebih lanjut kedalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dan detail. Pengelompokkan yang didasarkan pada persamaan biasanya dapat memberikan sebuah simpulan yang tepat. Pengelompokan ini bekerja kedua arah yang berlawanan, yaitu pertama mempersatukan satuan-satuan kedalam satu kelompok., dan kedua, memisahkan satuan-satuan tadi dari kelompok yang lain.
Contoh:
Dalam karang mengarang atau tulis menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian.Yang termasuk kemampuan kebahasaan adalah kemampuan menerapkan ejaan,pungtuasi,kosa kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.
11. Pola Interatif
Paragraf interatif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf).
Contoh :
Seminggu menjelang hari raya Idhul Fitri, kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Mulai dari harga makanan pokok hingga sandang. Masyarakat khawatir jika tidak mempersiapkan kebutuhan hari raya dari sekarang, stok kebutuhan menjelang hari raya semakin sedikit. Seriring meningkatnya kebutuhan orang banyak, rupanya kekhawatiran masyarakat tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang untuk meningkatkan harga kebutuhan pokok. Karena perbuatan pedagang yang seperti ini, terpaksa masyarakat harus membeli dengan harga tinggi.
Adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau pweristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.
Contoh :
Berdasarkan data keuangan tahun 2009, laba yang didapatkan oleh PT X adalah sebesar 250 juta rupiah. Dimana pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2008 perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 500 juta rupiah. Hal ini menunjujkan bahwa perusahaan mengalami penurunan dalam menghasilkan laba sebesar 250 juta rupiah atau turun sebesar 50% dari tahun sebelumnya. Laporan menjadi evaluasi perusahaan tentang kinerja perusahaan mereka. Pihak manajemenpun dituntut untuk segera mengambil kebijakan untuk mengatasi hal tersebut.
10. Pola Klasifikasi
Pola ini merupakan penggunaan cara pengelompokkan hal-hal yang sama untuk memperjelas kalimat utama. Pada mulanya penulis mengelompokkan suatu hal berdasarkan persamaannya, Kemudian diperinci lagi lebih lanjut kedalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dan detail. Pengelompokkan yang didasarkan pada persamaan biasanya dapat memberikan sebuah simpulan yang tepat. Pengelompokan ini bekerja kedua arah yang berlawanan, yaitu pertama mempersatukan satuan-satuan kedalam satu kelompok., dan kedua, memisahkan satuan-satuan tadi dari kelompok yang lain.
Contoh:
Dalam karang mengarang atau tulis menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian.Yang termasuk kemampuan kebahasaan adalah kemampuan menerapkan ejaan,pungtuasi,kosa kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.
11. Pola Interatif
Paragraf interatif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf).
Contoh :
Seminggu menjelang hari raya Idhul Fitri, kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Mulai dari harga makanan pokok hingga sandang. Masyarakat khawatir jika tidak mempersiapkan kebutuhan hari raya dari sekarang, stok kebutuhan menjelang hari raya semakin sedikit. Seriring meningkatnya kebutuhan orang banyak, rupanya kekhawatiran masyarakat tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang untuk meningkatkan harga kebutuhan pokok. Karena perbuatan pedagang yang seperti ini, terpaksa masyarakat harus membeli dengan harga tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paragraf adalah bagian-bagian karangan
yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta
merupakan satu kesatuan pikiran. Paragraf juga dapat dikatakan sebagai sebuah
karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat
membedakan dimana suatu gagasan mulai dan berakhir. Sebuah
paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu
dengan kalimat pendukung.
3.2 Saran
Semoga
pembahasan kami mengenai paragraf yang koheren dapat menambah wawasan serta
bermanfaat bagi kami serta para pembaca. Kritik dan saran yang membangun atas
ketidaksempurnaannya makalah ini sangat kami harapkan, agar kami dapat lebih
baik lagi untuk proses kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Imam Syafi’I, 1990.
Bahasa Indonesia Profesi. Malang: Ikip Malang
Aleka
& H. Ahmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Kencana
Prenada.
Adjat
Syakri. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB Bandung.
Comments
Post a Comment