Skip to main content

PENGEMBANGAN PARAGRAF YANG KOHEREN ATAU BAKU




BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
Dalam sebuah karangan ilmiah tidak mungkin baik bila paragraf-paragraf penyusunnya tidak baik. Sama halnya dengan paragraf, tidak mungkin menjadi paragraf yang baik bila kalimat-kalimat penyusunnya juga tidak baik. Demikian juga dengan kalimat, tidak mungkin diperoleh kalimat yang baik bila kata-kata penyusunnya tidak tepat dan tidak sesuai. Berkaitan dengan paragraf, berikut ini kami akan membahas mengenai paragraf khususnya untuk pengembangan paragraf yang koheren atau baku.
1.2         Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian paragraf ?
2.      Apasajakah ciri-ciri paragraf ?
3.      Apasajakah unsur-unsur paragraf ?
4.      Apasajakah asas-asas paragraf ?
5.      Apasajakah syarat-syarat pembentukan/pengembangan paragraf ?
6.      Apakah fungsi paragraf ?
7.      Apasajakah macam-macam paragraf ?
8.      Bagaimanakah pengembangan paragraf ?

1.3         Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, sebagai berikut :
1.      Mengetahui serta memahami  pengertian paragraf.
2.      Mengetahui serta memahami ciri-ciri paragraf.
3.      Mengetahui serta memahami unsur-unsur paragraf.
4.      Mengetahui serta memahami asas-asas paragraf.
5.      Mengetahui syarat-syarat pembentukan / pengembangan paragraf
6.      Mengetahui serta memahami fungsi paragraf
7.      Mengetahui serta memahami macam-macam paragraf
8.      Mengetahui serta memahami pengembangan paragraf

1.4     Manfaat
Guna menambah wawasan penulis serta pembaca sehingga dapat lebih memahami materi mengenai paragraf yang koheren yang meliputi pengertian, ciri-ciri, unsur-unsur, asas-asas, syarat-syarat pembentukannya, fungsi, macam-macam dan, teknik serta pola pengembangan paragraf.






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paragraf
Paragraf berasal dari bahasa Yunani paragrafos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping". Paragraf didefinisikan sebagai suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung.

2.2   Ciri - Ciri Paragraf
Berdasarkan pengertian paragraf tersebut, kita dapat mengenal ciri-ciri paragraf. Tarigan dalam Mudlofar (2002: 95) menyatakan beberapa ciri paragraf, yaitu:
a.       Setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok keseluruhan karangan.
b.      Umumnya paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat.
c.       Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.
d.      Paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padat.
e.       Kalimat-kalimat dalam paragraf tersusun secara logis dan sistematis.

2.3  Unsur - Unsur Paragraf
Unsur-Unsur Paragraf Paragraf harus disusun secara sistematis dan logis agar jalan pikiran tersebut dapat diterima dengan baik dan jelas. Adapun unsur –unsur paragraf:
1.      Transisi Transisi merupakan mata rantai penghubung antar paragraf yang berfungsi sebagai penghubung jalan pikiran dua paragraf yang berdekatan. Di sisi lain transisi juga berfungsi sebagai penunjang koherensi dan kepaduan antarbab, antaranak bab, dan antarparagraf dalam satu karangan. Ada dua cara untuk menghubungkan dua paragraf, yaitu: cara implisit, dan cara eksplisit. Hubungan implisit tidak ditandai oleh alat penanda transisi tertentu, namun hubungan antarparagraf dapat dirasakan. Sedangkan hubungan eksplisit dinyatakan oleh penanda transisi tertentu, seperti kata, kelompok kata, dan kalimat. Secara garis besar alat penanda transisi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       Penanda hubungan kelanjutan.
Misal: dan, lagi, serta, lagipula, tambahan lagi;
b.      Penanda hubungan urutan waktu.
Misal: dahulu, kini, sekarang, sebelum, setelah, sesudah, kemudian, sementara itu;
c.       Penanda klimaks.
Misal: paling …, se-nya, ter-;
d.      Penanda perbandingan.
Misal: sama, seperti, ibarat, bagaikan, bak, laksana;
e.       Penanda kontras.
Misal: tetapi, biarpun, walaupun, sebaliknya, kendatipun;
f.        Penanda urutan jarak.
Misal: di sini, di sana, di situ, dekat, jauh, sebelah …;
g.      Penanda ilustrasi.
Misal: umpama, contoh, misalnya;
h.      Penanda sebab-akibat/ kausalitas.
Misal: karena, sebab, oleh karena, akibatnya, karena itu, oleh karena itu;
i.        Penanda kondisi.
Misal: jika, jikalau, kalau, andaikata, seandainya;
j.        Penanda kesimpulan.
Misal: kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya, rangkuman.

2.      Kalimat Topik Kalimat topik merupakan mayor point, main idea, central idea, atau topic sentence. Kalimat topik merupakan pikiran utama, pokok pikiran, ide pokok, atau kalimat pokok. Kalimat topik merupakan perwujudan ide pokok paragraf dalam bentuk umum atau abstrak. Letak kalimat topik dapat di awal paragraf, tengah paragraf, dan akhir paragraf.

3.      Kalimat Pengembangan Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok. Pengembangan kalimat topik yang bersifat kronologis biasanya menyangkut hubungan antara benda atau kejadian. Urutannya masa lalu, kini dan masa yang akan datang. Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan jarak (spasial), biasanya menyangkut hubungan antara benda, peristiwa, atau hal dengan ukuran jarak. Urutannya dimulai dari jarak yang paling dekat, lebih jauh, jauh dan paling jauh. Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan sebab-akibat, kemungkinan urutannya sebab dinyatakan lebih dahulu, kemudian diikuti akibatnya, atau sebaliknya. Penyusunan urutan kalimat pengembang yang berdasarkan urutan nomornya dimulai dari kejadian pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.

4.      Kalimat Penegas Kalimat penegas merupakan elemen paragraf yang berfungsi:
a.       sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik; dan
b.      sebagai daya penarik bagi para pembaca atau sebagai selingan menghilangkan kejemuan.
2.3  Asas-Asas Paragraf

Dalam mengelola paragraf yang baik perlu menerapkan enam asas yang berkenaan dengan gagasan. Keenam asas tersebut lebih menyangkut tatanan dalam menyampaikan gagasan. Keenam asas dalam menuangkan gagasan dalam paragraf, adalah sebagai berikut:
1.      Kejelasan, berarti sifat tidak samar-samar sehingga tiap butir fakta dan pendapat yang dikemukakan seakan-akan tampak nyata oleh pembaca. Karangan tersebut mudah dipahami dan tidak mungkin disalah tafsirkan.
2.      Keringkasan, berarti karangan tersebut tidak pendek atau singkat, melainkan bahwa karangan itu tidak berboros kata, tidak berlebih-lebihan dengan ungkapan, tidak mengulang-ulang butir ide yang sama, tidak berputar-putar dalam menyampaikan gagasan.
3.      Ketepatan, artinya bahwa karangan dapat menyampaikan butir-butir pengetahuan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti maksud penulis. Ketepatan juga meliputi ketepatan menaati tata aturan tata bahasa, ejaan, dan tanda.
4.      Kesatupaduan, Artinya bahwa segala sesuatu yang disajikan dalam karangan harus berkisar, bergayutan dan relevan dalam satu gagasan pokok atau pikiran utama karangan.
5.      Pertautan, atau koherensi, asas yang menghendaki agar ada saling kait antar kalimat dalam paragraf dan antar paragraf. Pertautan menghendaki agar jangan sampai ada kata atau frasa yang tidak jelas rujukannya.
6.      Harkat, asas yang menghendaki karangan benar-benar berbobot, kita harus menerapkan hukum DM dalam membangun paragraf, dengan satu D dan jumlah M yang memadai, yang lengkap. Asas harkat juga asas pengembangan yang memadai.
2.5  Syarat – Syarat Pembentukan/Pengembangan Paragraf
Dalam pembentukan/pengembangan paragraf, perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan berikut :

1. Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan ialah paragraf harus memperhatikan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan bila unsur-unsurnya bersama-sama bergerak menunjang sebuah maksud tunggal atau gagasan utamanya. Uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan pokok.Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini :
 Kebutuhan hidup sehari-hari setiap keluarga dalam masyarakat tidaklah sama. Hal ini sangat tergantung pada besarnya penghasilan setiap keluarga. Keluarga yang berpenghasilan sangat rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit terpenuhi. Lain halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi. Mereka dapat menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk membangun tempat-tempat beribadah, atau untuk kegiatan sosial lainnya. Tempat ibadah memang perlu bagi masyarakat. Pada umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun secara bergotong royong dan sangat mengandalkan sumbangan para dermawan. Perbedaan penghasilan yang besar dalam masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah antara Si kaya dan Si miskin.
2. Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau tumpukan kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.
Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus sebagai penanda hubungan dapat dirinci sebagai berikut.
a.       Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya, misalnya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan pula, demikian juga.
b.      Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.
c.       Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya; misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.
d.      Hubungan yang menyatakan akibat/hasil; misal: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya.
e.       Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah itu, kemudian.
f.        Hubungan yang menyatakan singkatan, misal: pendeknya, ringkasnya, secara singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, sesungguhnya.
g.      Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di sana, dekat, di seberang, berdekatan, berdampingan dengan.
3. Koherensi
Sebuah paragraf bukanlah sebuah tumpukan kalimat-kalimat yang masing-masing bersdiri sendiri, tetapi kalimat-kalimat itu dibangun oleh adanya hubungan timbal-balik. Dengan demikian diperlukan urutan pikiran yang koheren (terpadu), sehinga tidak terdapat loncatan pikiran yang membingungkan. Suatu paragraf dikatakan koheren jika kalimat-kalimat itu saling berhubungan untuk mendukung pikiran utama.
4.Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh berikut ini.
• Contoh pertama                                                                                                            Suku Dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka berselisih dan bersengketa.
Contoh paragraf di atas hanya diperluas dengan perulangan. Pengembangannya pun tidak maksimal.

• Contoh kedua
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah
Contoh paragraf kedua di atas merupakan contoh paragraf yang tidak dikembangkan. Paragraf di atas hanya terdiri dari kalimat topik saja. Contoh ketiga berikut ini merupakan contoh pengembangan dari contoh paragraf kedua di atas.

• Contoh ketiga
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah. Tidak adanya penyediaan dana untuk melindungi ketam kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya untuk panda dan harimau. Jenis mahkluk laut tertentu tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa di kawasan Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah. Sangat sukar menemukan tiram hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati mudah ditemukan. Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan kepiting begal yang biasa menyebar dari pantai barat Afrika sampai bagian barat Lautan Teduh, kini hanya dijumpai di daerah kecil yang terpencil. Dari mana diperoleh dana untuk melindungi semua ini?
Perlu kiranya ditambahkan di sini bahwa ada jenis wacana khusus/tertentu yang sengaja dibuat satu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat saja dan ini merupakan kalimat topik. Wacana tersebut adalah wacana Tajuk Rencana dalam suatu surat kabar. Sesuai dengan ciri wacana jurnalistik dalam sebuah tajuk, bahwa tajuk rencana merupakan gagasan dari redaksi surat kabar tersebut pada suatu masalah tertentu/sikap redaksi, sehingga apa yang diuraikan hanyalah gagasan-gagasan pokoknya saja sementara uraian secara panjang lebar dapat dilihat dan dibaca pada berita-berita utamanya.
2.6  Fungsi Paragraf
Paragraf juga dapat dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek(singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan dimana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kepayahan membaca tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf. Kita pun susah memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf, kita dapat berhenti sebentar sehingga kita dapat memusatkan pikiran tetang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.
Selain itu, paragraf juga dapat berfungsi sebagai tanda pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya. Paragraf juga bisa berfungsi untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk merinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya. Lebih lanjut, Widjono (2007: 175) menjelaskan bahwa paragraf juga bisa berfungsi sebagai berikut.
1.      Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk satuan pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam satu kesatuan.
2.      Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru lagi karangan yang etrdiri dari beberapa paragraf. Ganti paragraf berarti ganti pikiran.
3.      Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembaca.
4.      Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil.
5.      Memudahkan pengendalian variabel, terutama karangan yang terdiri dari beberapa variabel.
Supaya lebih jelas, perhatikan contoh 1 berikut!
Dalam pertarungan matador yang resmi, biasanya ada enam ekor banteng yang dibunuh oleh tiga orng laki-laki. Setiap laki-laki membunuh dua ekor banteng.banteng itu harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu: berumur 4-5 tahun, tidak cacat, dan telah mempunyai tanduk yang runcing serta bagus. Banteng-banteng ini telah diperiksa oleh dokter hewan setempat sebelum bertanding. Dokter hewan berhak menolak banteng yang tidak memenuhi syarat, misalnya: masih dibawah umur, tanduk masih lemah, ada kelainan di mata, atau penyakit yang nyata kelihatan.
Laki-laki yang bertugas membunuh mereka disebut matador. Pilihan banteng yang akan mereka bunuh tergantung hasil undian. Setiap matador mempunyai tiga orang candrilla yang terdiri dari lima-enam orang yang dibayar dn diperintah oleh matador. Tiga dan lima/enam orang tersebut menolongnya dilapangan, dengan memakai mantel tanpa lengan dan atas perintahnya menempatkan banderillas yaitu kayu yang panjangnya tiga kaki dengan ujung yang tajam dan berbentuk garpu yang disebut peones atau banderilleos. Yang dua lagi dinamakan picadors, mereka muncul dengan menunggang kuda di arena. (Earnest emingway, The Bullfight)
Dari contoh diatas, dapat dilihat peralihan antara paragraf pertama dan pargraf kedua. Paragraf pertama bercerita tentang banteng, sedangkan paragraf kedua tentang laki-laki yang bertugas membunuh banteng (matador). Paragraf pertama dan kedua pun terlihat berhubungan erat.

Perhatikan pula contoh 2 berikut!
Tanda-tanda lalu lintas agaknya sudah dijadikan sebagai simbol(lambang) yang berlaku dimana-mana dan mudah dipahami. Setiap pengendara atau masyarakat mengetahui arti dan fungsinya. Sekarang timbul pertanyaan, apakah sebetulnya simbol itu? Dengan singkat dapat dikatakan bahwa simbol ialah sesuatu yang pengandung arti lebih dari yang terdapat dalam fakta. Di sekeliling kita banyak simbol-simbol yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Simbol yang pemakaiannya begitu umum terdapat juga dalam puisi. Bahkan dalam puisi, pemakaian simbol cukup dominan. Justru disinilah letak unsur seninya, karena simbol itu erat sekali hubungannya dengan tujuan penyair untuk menyuarakan sesuatu secara tepat yang berkaitan erat dengan pengimajiannya.
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa penulis menambahkan hal-hal yang penting untuk memerinci apa yang diutarakan dalam paragraf terdahulu. Penulis menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan paragrafpertama dan memberikan contoh yang spesifik penggunaan simbol dalam bidang lain yaitu puisi.

2.7  Macam-Macam Paragraf
Berdasarkan sifat dan tujuannya paragraf dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Paragraf pembuka
Paragraf pembuka merupakan paragraf yang berperan sebagai pengatur untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan.
2. Paragraf penghubung
Paragraf penghubung ialah semua paragraf yang terdapat antara paragraf pembuka dan penutup yang berisi uraian masalah yang dibahas.
3. Paragraf penutup
Paragraf penutup ialah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan.

Berdasarkan kalimat utamanya, paragraf terbagi menjadi:
1. Paragraf deduksi
Paragraf deduksi ialah paragraf yang kalimat utamanya terletak diawal.
2. Paragraf Induksi
Paragraf induksi adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak diakhira paragraf.
3. Paragraf kombinasi (campuran)
Paragraf kombinasi ialah paragraf yang kalimat utamanya terletak diawal dan diakhir paragraf.

Berdasarkan isi, paragraf terbagi menjadi:
1. Paragraf narasi
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
2. Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi ialah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
3. Paragraf eksposisi
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
4. Paragraf argumentasi
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
5. Paragraf persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.


2.8  Pengembangan Paragraf
Yang dimaksud dengan pola pengembangan adalah bentuk pengembangan kalimat utama ke dalam kalimat-kalimat penjelas. Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yakni:
• Kemampuan merinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan penjelas.
• Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas kedalam gagasan-gagasan penjelas
A.  Pengembangan paragraf berdasarkan teknik :
Pengembangan paragraf yang pertama dapat dilihat dari sudut pandang teknik. Berdasarkan tekniknya pengembangan paragraf dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Secara Alamiah      
Pengembangan secara alamiah ini seorang penulis dapat menggunakan pola yang sudah ada pada obyek atau kajian yang dibicarakan. Penulis dapat menggunakan dua pola. Pertama, pola spesial atau urutan ruang, misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar kedalam dan sebagainya. Kedua, pola kronologis atau urutan waktu, misalnya gambaran urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tindakan, tadi sekarang, nanti, besok, dan sebagainya.
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan, dan diikuti oleh kalimat -kalimat yang mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai adanya kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf naratif dan prosedural.
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan ruang atau tempat membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan suatu bagian (gagasan) yang terdapat pada posisi tertentu, dan diikuti oleh kalimat -kalimat lain yang mengungkapkan gagasan yang berada pada posisi yang lain. Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang ini tidak boleh sembarangan,  sebab cara yang demikian akan mengakibatkan pembaca mengalami kesulitan memahami pesan. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf deskriptif.      

2. Pengembangan Secara Logis
Pengembangan paragraf secara logis maksudnya adalah pengembangan paragraf  menggunakan pola pikir tertentu. Pengembangan paragraf secara logis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu klimaks-antiklimaks, dan umum-khusus. Paragraf yang dikembangkan klimaks-antiklimaks dibagi menjadi dua, yang pertama klimaks, dan yang kedua antiklimaks. Pengembangan paragraf secara klimaks dilakukan dengan cara menyajikan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, kemudian diakhiri dengan gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya. Sebaliknya, pengembangan paragraf secara antiklimaks dilakukan dengan terlebih dulu gagasan yang dianggap paling kompleks kedudukannya atau kepentingannya, baru diikuti dengan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, gagasan yang dianggap kurang penting atau rendah kedudukannya.           
Pengembangan paragraf berdasarkan kriteria umum-khusus, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu paragraf yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus, dan khusus ke umum. Paragraf yang dikembangkan secara umum ke khusus berupa paragraf yang dimulai dengan gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama, kemudian diikuti dengan gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian. Paragraf yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus ini biasa disebut dengan paragraf deduktif. Paragraf yang dikembangkan secara khusus ke umum berupa  paragraf yang dimulai dengan gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian, kemudian diikuti dengan gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama. Paragraf yang dikembangkan dengan cara khusus ke umum ini biasa disebut dengan paragraf induktif. Pengembangan paragraf logis umum-khusus ini, baik dengan cara umum ke khusus (deduktif) maupun khusus ke umum (induktif), paling banyak diguankan, lebih -lebih dalam karya ilmiah karena karya ilmiah pada umumnya merup sintesis antara deduktif dan induktif.
Susunan logis ini mengenal dua macam urutan, yaitu:          
• Urutan ruang (spasial)          
Membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari bawah ke atas, dari kanan ke kiri dan sebagainya;
Misal :
Bangunan itu terbagi dalam empat ruang. Pada ruang pertama yang sering disebut dengan bangsal srimanganti, terdapat dua pasang kursi kayu ukiran Jepara. Ruangan ini sering digunakan Adipati Sindungriwut untuk menerima tamu kadipaten. Di sebelah kiri bangsal srimanganti, terdapat ruangan khusus untuk menyimpan benda-benda pusaka kadipaten dan cendera mata dari kadipaten-kadipaten lain. Ruangan ini tertutup rapat dan selalu dijaga oleh kesatria-kesatria terpilih Kadipaten Ranggenah. Ruangan tempat menyimpan benda-benda pusaka dan cendera mata ini sering disebut kundalini mesem. Agak jauh di sebelah kanan ruang kundalini mesem terdapat sebuah ruangan yang senantiasa menebarkan aroma dupa. Ruang ini disebut ruang pamujan karena di tempat inilah Sang Adipati selalu mengadakan upacara dan kebaktian. Beberapa meter dari ruang pamujan terdapat ruangan kecil dengan sebuah tempayan besar di tengahnya. Ruangan ini sering disebut dengan ruang reresik, karena ruangan ini sering digunakan untuk membersihkan diri Sang Adipati sebelum masuk ke ruang pamujan.   

• Urutan waktu (kronologis)   
Menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.      
Misal :
Menendang bola dengan sepatu baru dikenalnya sekitar tahun 1977, saat ia baru lulus dari STM Negeri 3 jurusan teknik elektro. Yang pertama kali melatihnya adalah klub Halilintar. Dari sini pretasinya terus menanjak hingga kemudian ia dapat bergabung dengan klub Pelita Jaya sampai sekarang. Tahun 1984 ia pernah dipanggil untuk memperkuat PSSI ke Merdeka Games di Malaysia. Waktu ia dipanggil lagi untuk turnamen di Brunei tahun 1985, ia gagal memenuhinya karena kakinya cedera.
B. Pengembangan paragraf berdasarkan pola:
Adapun pola pengembangan paragraf itu sendiri antara lain sebagai berikut:
1. Pola Klimaks dan Antiklimaks      
Pembuatan klimaks dilakukan dengan penampilan gagasan utama yang rinci dari persoalan yang paling rendah kedudukannya. Sementara itu pengembangan antiklimaks merupakan kebalikan dari klimaks.
Gagasan utama mula-mula dirinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga gagasan yang paling tinggi kedudukan/kepentingannya.
 Contoh berikut kiranya dapat memperjelas uraian ini :        
Bentuk traktor mengalami perkembangan dari jaman ke jaman seiring dengan kemajuan tehnologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap baru jaya-jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. Pada waktu tank menjadi pusat perhatian orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model seperti tank. Keturunan traktor model tank ini sampai sekarang masih dipergunakan orang, yaitu traktor yang memakai roda rantai. Traktor semacam ini adalah hasil perusahaan Carterpillar. Di samping Carterpillar, Ford pun tidak ketinggalan dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang pun tidak mau kalah bersaing dalam bidang ini. Produk Jepang yang khas di Indonesia terkenal dengan nama padi traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari model-model sebelumnya.         
Pikiran utama dari paragraf di atas adalah “bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman ke zaman”. Pikiran utama itu kemudian dirinci dengan gagasan-gagasan bahwa traktor yang dijalankan dengan mesin uap, traktor yang memakai roda rantai, traktor buatan Ford, dan traktor buatan Jepang.
Variasi dari klimaks ialah antiklimaks. Pengembangan dengan antiklimaks dilakukan dengan cara menguraikan gagasan dari yang paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun ke gagasan lain yang lebih rendah.         
2. Pola  Umum-Khusus (bersifat deduktif)   
Diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum. Ditandai dengan kata-kata ‘umumnya’, ‘banyak’. Pernyataan tersebut kemudian dijelaskan dengan pernyataan berikutnya yang lebih khusus. Paragraf umum khusus dikembangkan dengan meletakkan pikiran utama pada awal paragraf kemudian rician-rincian berada pada kalimat-kalimat berikutnya.
Contoh deduktif :       
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini mungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya persaingan bahasa, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.
3. Pola Khusus-Umum (bersifat induktif)     
Sebaliknya dari paragraf khusus umum, mula-mula dikembangkan rincian-rincian kemudian pada akhir paragraf disampaikan generalisasinya.
Contoh:
Sebagian besar orang tampak berjejer di pinggir jalan masuk. Sebagian lagi duduk santai di atas motor dan mobil yang diparkir seenaknya di kiri dan kanan jalan masuk. Kawasan bandara sore ini memang benar-benar telah dibanjiri lautan manusia.   
4. Pola Perbandingan 
Pola yang membandingkan sesuatu untuk menemukan perbedaan atau persamaan. Paragraf perbandingan dan pertentangan ialah cara pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang , subjek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu (Keraf dalam Mudlofar 2002: 99).
Contoh :          
Sepak bola adalah olahraga paling populer di dunia banyak orang memainkan olahraga ini mulai dari anak – anak hingga orang dewasa. Namun seiring dengan perkembangan zaman lapangan sepak bola sudah sangat sulit untuk di temukan di kota – kota besar di Jakarta. Sehingga banyak yang beralih ke olahraga futsal. Futsal sendiri adalah olahraga yang hampir serupa dengan sepak bola hanya saja untuk olahraga futsal hanya dimainkan oleh 5 orang dalam satu tim sehingga lapangan yang digunakan pun lebih kecil dibandingkan dengan sepak bola.
5. Pola Analogi          
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki suatu kesamaan atau kemiripan, biasanya dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata-kata kiasan yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti dan bagaikan. Pengembangan analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah terkenal umum dengan yang tidak dikenal umum.    
Contoh :          
Hidup manusia ibarat roda yang terus berputar. Kadang ada di atas dan kadang berada di bawah. Saat mereka berada di atas mereka bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan, tapi sebaliknya ketika mereka berada di bawah sulit sekali untuk meraih keinginan yang mereka dambakan. Ada kalanya bagi mereka yang sedang berada di atas janganlah bersikap sombong dan ingatlah bahwa kesuksesab tersebut hanya bersifat sementara. Dan bagi mereka yang berada di bawah, janganlah berputus asa. Karena masih banyak cara untuk mendapatkan kesuksesan tersebut yaitu dengan berusaha dan berdoa.  

6. Pola Sebab – Akibat          
Pengembangan paragraf dengan cara Sebab – Akibat dilakukan jika menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang sering digunakan yaitu padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan karena.   
Sebab dapat bertindak sebagai kalimat utama, sedangkan akibat merupakan kalimat penjelas. Dapat pula sebaliknya , akibat sebagai pikiran utama dan sebab sebagai pikiran penjelas.        
Contoh :          
Kebiasaan untuk membuang sampah harus ditanamkan sejak dini dalam keseharia kita. Karena masayarakat pada umunya masih kurang memiliki kesadaran untuk mencintai dan menjaga serta melestarikan alam lingkungan kita sendiri. Mereka menganggap hal tersebut hanyalah slogan yang tidak perlu diperhatikan. Tanpa rasa bersalah mereka membuang sampah sembarangan sehingga lingkungan sekitar kita menjadi kotor dan tidak sehat. Dan bila musim hujan tiba, banjir melanda ibukota. Kalau sudah terjadi seperti itu, maka orang-orang akan menyalahkan orang lain atas kejadian tersebut tanpa mereka sadari kalau bencana itu akibat dari ulah mereka sendiri.    
7. Pola Proses 
Merupakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan untuk  menciptakan atau menghasilkan suatu peristiwa.        
Contoh :          
Pohon anggur selain airnya dapat diminum, daunnya pun dapat digunakan sebagai pembersih wajah. Caranya, ambillah daun anggur secukupnya. Lalu tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya. Tunggu sampai mendidih. Setelah ramuan mendingin, ramuan siap digunakan. Oleskan ramuan pada wajah, tunggu beberapa saat, lalu bersihkan. 
8. Pola Sudut Pandang           
Merupakan tempat pengarang melihat atau menceritakan suatu hal. Sudut pandang diartikan sebagai penglihatan seseorang atas suatu barang. Misalnya dari samping, dari atas, atau dari bawah. Sebagai orang pertama, orang kedua, atau orang ketiga.        
Contoh :          
Dengan tersipu Imas dan Jaka menghalau kerbau mereka ke sungai. Bersama-sama mereka memandikan kerbaunya. Mereka pun sama-sama mandi. Namun hal itu tidak lama karena hari sudah senja. Ayah Imas melinting rokok di depan gubuk kecilnya semabrai  menunggu Imas pulang. Malam pun terasa mulai sunyi. Dari tepi hutan terdengar lolongan anjing.
9. Pola Generalisasi    
Adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau pweristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili. 
Contoh :          
Berdasarkan data keuangan tahun 2009, laba yang didapatkan oleh PT X adalah sebesar 250 juta rupiah. Dimana pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2008 perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 500 juta rupiah. Hal ini menunjujkan bahwa perusahaan mengalami penurunan dalam menghasilkan laba sebesar 250 juta rupiah atau turun sebesar 50% dari tahun sebelumnya. Laporan menjadi evaluasi perusahaan tentang kinerja perusahaan mereka. Pihak manajemenpun dituntut untuk segera mengambil kebijakan untuk mengatasi hal tersebut.        

10. Pola Klasifikasi    
Pola ini merupakan penggunaan cara pengelompokkan hal-hal yang sama untuk memperjelas kalimat utama. Pada mulanya penulis mengelompokkan suatu hal berdasarkan persamaannya, Kemudian diperinci lagi lebih lanjut kedalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dan detail. Pengelompokkan yang didasarkan pada persamaan biasanya dapat memberikan sebuah simpulan yang tepat. Pengelompokan ini bekerja kedua arah yang berlawanan, yaitu pertama mempersatukan satuan-satuan kedalam satu kelompok., dan kedua, memisahkan satuan-satuan tadi dari kelompok yang lain.     
Contoh:
Dalam karang mengarang atau tulis menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian.Yang termasuk kemampuan kebahasaan adalah kemampuan menerapkan ejaan,pungtuasi,kosa kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.

11. Pola Interatif        
Paragraf interatif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf).
Contoh :          
Seminggu menjelang hari raya Idhul Fitri, kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Mulai dari harga makanan pokok hingga sandang. Masyarakat khawatir jika tidak mempersiapkan kebutuhan hari raya dari sekarang, stok kebutuhan menjelang hari raya semakin sedikit. Seriring meningkatnya kebutuhan orang banyak, rupanya kekhawatiran masyarakat tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang untuk meningkatkan harga kebutuhan pokok. Karena perbuatan pedagang yang seperti ini, terpaksa masyarakat harus membeli dengan harga tinggi.




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Paragraf adalah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran. Paragraf juga dapat dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan dimana suatu gagasan mulai dan berakhir. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung.

3.2  Saran

Semoga pembahasan kami mengenai paragraf yang koheren dapat menambah wawasan serta bermanfaat bagi kami serta para pembaca. Kritik dan saran yang membangun atas ketidaksempurnaannya makalah ini sangat kami harapkan, agar kami dapat lebih baik lagi untuk proses kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Imam Syafi’I, 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: Ikip Malang
Aleka & H. Ahmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Kencana Prenada.
Adjat Syakri. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB Bandung.

Comments

Popular posts from this blog

FAKTA, KONSEP, DAN GENERALISASI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Ilmu-ilmu sosial mengkaji perilaku manusia yang berlangsung dalam proses kehidupan sehari-hari dalam upaya menjelaskan mengapa manusia berperilaku seperti apa yang mereka lakukan. Setiap ilmu sosial merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri yang memiliki scope materi dan metodologi tertentu, batang tubuh, atau struktur ilmu pengetahuan ( body of knowledge atau struktur of knowledge ) tentang suatu bidang kajian. Setiap ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, sosiologi, psikologi sosial, ilmu politik dan pemerintahan, memandang manusia dari sudut pandangnya masing-masing dan menggunakan metode kerja yang berbeda untuk memperoleh struktur ilmunya. Pengetahuan tentang tindakan atau perilaku manusia ini memberikan suatu pola dasar bagi materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam suatu struktur ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya ilmu sosial, tersusun dalam 3 (tiga) tingkatan materi, dimulai dari yang paling sempi

KETERAMPILAN DASAR DALAM ILMU-ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang      Abad Informasi seperti sekaran ini menghendaki manusia, lembaga bahkan Negara dapat memiliki informasi sebagai alat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memperoleh informasi tersebut diperlukan upaya tertentu sesuai dengan tingkat dan derajad manfaat dari informasi yang ingin diperoleh. Salah satu upaya untuk memperoleh informasi itu adalah dengan mencarinya pada sumber-sumber informasi, baik melalui media elektronika seperti televise, radio, internet, maupun media cetak seperti buku, bulletin, majalah, surat kabar, dll. Disamping itu diperlukan upaya menggali informasi itu dari individu atau masyarakat sekitar. Untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat dari individu dan masyarakat diperlukan suatu keterampilan tertentu yang berhubungan dengan cara memilih, menyusun, menggunakan pertaanyaan, memperoleh, menganalisis menyajikan dan memanfaatkan informasi. Bagi seorang guru,

PENGERTIAN, FUNGSI, DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN (DASAR DASAR PENDIDIKAN)

BAB I PENDAHULUAN A.        Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manuia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal ( sekolah ) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal. B.        Rumusan Masalah 1.       Apa pengertian Lingkungan Pendidikan ? 2.       Apa saja Jenis-jenis Lingkungan Pendidikan ( Tripusat Pendidikan ) ? 3.       Apa saja Fung