Skip to main content

PROSES PEMBENTUKAN DEFINISI DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENULISAN ILMIAH (BAHASA INDONESIA)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kemampuan berbahasa Indonesia adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi masyarakat Indonesia, tidak terkecuali para Mahasiswa. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta, bahasa Indonesia merupakan mata kuliah pokok. Mata kuliah bahasa Indonesia dipelajari oleh Mahasiswa berdasarkan kurikulum yang berlaku, yang di dalamnya tercantum beberapa tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pokoknya adalah Mahasiswa mampu dan terampil untuk menyusun karya tulis maupun makalah pada saat Skripsi, setelah mengalami proses belajar mengajar dikampus. Keterampilan berbahasa itu tidak saja meliputi satu aspek, tetapi di dalamnya termasuk kemampuan membaca, menulis, mendengarkan (menyimak), dan berbicara. Dalam proses pemerolehan dan penggunaannya, keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan.
Penggunaan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah menjadi tanggungjawab kita sebagai anak bangsa yang sangat peduli akan jiwa nasionalisme. Penggunaan huruf kapital dan huruf miring kajian yang sangat penting untuk dibahas guna menghindari banyak kesalahan penggunaan dalam kaidah Bahasa Indonesia.
Bahasa tulis mencakup sejumlah unsur-unsur bahasa, salah satunya adalah mengenai ejaan yang mencakup macam-macam huruf, berbagai kata dan aneka tanda baca. Ada beberapa hal yang perlu dikemukakan, khususnya berbagai persoalan yang akan dibahas dalam bab ini.Hal yang dimaksud adalah proses pembentukan definisi dan penggunannya dalam penulisan ilmiah.




1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses pembentukan definisi ?
2.      Bagaimana penggunaan definisi dalam penulisan ilmiah?



1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan definisi.
2.      Untuk mengetahui bagaimana penggunaan definisi dalam penulisan ilmiah.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Definisi
Pengertian definisi adalah suatu pernyataan yang memberikan arti pada sebuah kata atau frase
Definisi adalah sebuah penjelasan tentang arti sebuah kata. Penjelasan harus membuat jelas definisi yang dimaksudkan dan definisi berhubungan dengan kata bukan benda.
Definisi adalah perumusan yang singkat, padat, jelas dan tepat yang menerangkan “Apa sebenarrnya suatu hal itu” sehingga dapat dengan jelas dimengerti dan dibedakan dari semua hal lain.Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa definisi mempunyai tugas untuk menetukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas dan singkat. Maksudnya menentukan batas-batas pengetian tertentu sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur dan tidak dicampuradukkan dengan pengertian-pengertian lain, maka definisi yang baik harus memenuhi syarat:
a.       Merumuskan dengan jelas, lengkap dan singkat semua unsur pokok (isi) pengertian tertentu.
b.      Yaitu unsur-unsur yang perlu dan cukup untuk mengetahui apa sebenarnya barang itu (tidak lebih dan tidak kurang).
c.       Sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari semua barang yang lain.
Setiap definisi harus mempunyai 2 bagian, yaitu:
a.       Sesuatu yang akan didefinisikan, yang dikenal dengan istilah definiendum.
b.      Penjelasan yang menjelaskan sesuatu tersebut, yang dikenal dengan istilah definiens. Contoh: nenek = orang tua perempuan



2.1.1 Ciri-ciri  Definisi
Suatu arti/makna kata tidak bisa langsung disebut sebagai definisi, karena definisi mempunyai ciri-ciri khusus. Adapun arti/makna kata bisa diartikan sebagai definisi jika terdapat unsur kata atau istilah yang didefinisikan, atau lazim disebut definiendum. Selanjutnya, di dalam arti tersebut harus terdapat unsur kata, frasa, atau kalimat yang berfungsi menguraikan pengertian, lazim disebut definiens, dan tentunya juga harus ada pilihan katanya.
Pilihan kata tersebut ialah di mana definiens dimulai dengan kata benda, didahului kata ada-lah. Misalnya kalimat Cinta adalah perasaan setia, bangga, dan prihatin dan kalimat Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.Yang kedua, definiens dimulai dengan selain kata benda umpamanya kata kerja atau didahului kata yaitu Sebagai contoh Setia yaitu merasa terdorong untuk mengakui, memahami, menerima, menghargai, menghormati, mematuhi, dan melestarikan. Kemudian, definiens juga diharuskan memberi pengertian rupa atau wujud diawali katamerupakan, seperti kalimat Mencintai merupakan tindakan terpuji untuk mengakhiri konflik. Adapun yang terakhir ialah bahwa definiens merupakan sebuah sinonim yang didahului kata ialah.Misalnya Pria ialah laki-laki.

2.1.2 Klasifikasi Definisi

Definisi dapat dibedakan atas: definisi nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau definisi operasional, dan definisi luas.

a.       Definisi Nominal

Definisi nominal berupa pengertian singkat. Definiens pada definisi jenis ini terbagi menjadi ada tiga macam. Pertama, sinonim atau padanan, seperti kata manusia yang bersinonim dengan kata orang, maka jika ditulis hasilnya adalah Manusia ialah orang. Selanjutnya terkait dengan terjemahan dari bahasa lain, contohnya Kinerja ialah performance. Asal-usul sebuah kata dalam definisi nominal juga merupakan hal yang penting, contoh: Psikologi berasal dari kata "psyche" berarti jiwa, dan "logos" berarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa.

b.      Definisi Formal

Definisi formal disebut juga definisi terminologis, yaitu definisi yang disusun berdasarkan logika formal yang terdiri tiga unsur. Struktur definisi ini berupa "kelas", "genus", "pembeda" (deferensiasi). Ketiga unsur tersebut harus tampak dalam definiens. Struktur formal diawali dengan klarifikasi, diikuti dengan menentukan kata yang akan dijadikan definiendium, dilanjutkan dengan menyebut genus, dan diakhiri dengan menyebutkan kata-kata atau deskripsi pembeda. Pembeda harus lengkap dan menyeluruh sehingga benar-benar menunjukkan pengertian yang sangat khas dan membedakan pengertian dari kelas yang lain. Contoh kalimat yang merupakan definisi formal adalah Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.

Definisi formal mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar sesuai dengan aturan yang ada. Di antaranya, fefiniendium dan definiens bersifat koterminus, mempunyai makna yang sama. Kemudian, definiendium dan definiens bersifat konvertabel, dapat ditukarkan tempatnya dan definiens tidak berupa sinonim, padanan, terjemahan, etimologi, bentuk populer, atau pengulangan definiendium. Lihat perbandingannya:

1.      Manusia adalah orang yang berakal budi (salah)
2.      Manusia adalah insan yang berakal budi (salah)
3.      Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna(benar)
Selanjutnya definiens bukanlah kiasan, perumpamaan, atau pengandaian. Contonya kalimat Manusia adalah bagaikan hewan yang tidak pernah merasa puas (salah), kata bagaikan dalam kalimat ini merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan dalam definisi formal. Contoh yang benar berada dalam kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang diperintahkan untuk beribadah kepada-Nya. Syarat berikutnya yaitu definiens menggunakan makna pararel dengan definiendium, tidak menggunakan kata dimana, yang mana, jika, misalnya, dan lain-lain, definiens juga harus menggunakan bentuk positif, bukan kalimat negatif; tanpa kata negatif; tidak, bukan. Misalnya bentuk kalimat negatif Pendidikan kewarganegaraan "tidak lain" adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam masyarakat, baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun warga negara, sedang yang benar adalah Pendidikan kewarganegaraan adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Lagi, pembeda (deferiansi) pada definiens harus mencukupi sehingga menghasilkan makna yang tidak bisa (samar) dengan kelas yang lain. Hal ini bisa ditemukan dalam kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, tidak benar jika hanya dikatakan bahwa manusia
adalah ciptaan Tuhan.



c.       Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan suatu penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi subjektif karena disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan. Yang merupakan ciri-ciri definisi operasional ialah mengacu pada target pekerjaan yang dicapai, berisi pembatasan konsep, tempat, dan waktu, dan bersifat aksi, tindakan, atau pelaksanaan suatu kegiatan.

d.      Definisi Paradigmatis

Definisi paradigmatis/personal bertujuan untuk mempengaruhi pola berpikir oranglain. Definisi jenis ini disusun berdasarkan pendapatan nilai-nilai tertentu. Ada empat ciri-ciri definisi paradigmatis, yakni; disusun berdasarkan paradigma (pola pikir) nilai-nila tertentu, berfungsi untuk mempengaruhi sikap, perilaku, atau tindakan orang lain, bertujuan agar pembaca mengubah sikap sesuai dengan definisi, berhubungan dengan nilai-nilai tertentu, misalnya: bisnis, etika, budaya, ajaran, falsafah, tradisi, adat istiadat, pandangan hidup. Adapun fungsi definisi paradigmatis dapat dikategorikan menjadi empat bagian: pertama, untuk mengembangkan pola berpikir; kedua, mempengaruhi sikap pembaca atau pendengar; ketiga, mendukung argumentasi atau pembuktikan dan memberikan efek persuasif.

e.       Definisi Luas

Definisi luas adalah batasan pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri atas satu paragraf. Definisi ini diperlukan pada konsep yang rumit yang tidak dapat dijelaskan dengan kalimat pendek. Ciri-cirinya adalah dalam definisi tersebut hanya berisi satu gagasan yang merupakan definiendium, tidak menggunakan kata kias, setiap kata dapat dibuktikan atau diukur kebenarannya, dan menggunakan penalaran yang jelas. Contohnya dalam kalimat berikut Konsep ketahanan nasional tidak dapat hanya didefinisikan dengan kemampuan dinamik suatu bangsa yang berisikan keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dari luar maupun dalam, langsung tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara untuk mencapai tujuan nasional.Karena itu konsep tersebut harus diberi definisi luas agar diketahui perkembangan konsep, unsur-unsurnya, pengembangannya di dalam semua aspek kehidupan bangsa dan negara.

 

2.2  Pengertian Karya Tullis Ilmiah
Karya tulis ilmiah dapat didefinisikan sebagai laporan tertulis tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah. Definisi yang lebih kompleks dapat dikemukakan bahwa pengertian karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium, ataupun kajian pustaka yang didasarkan pada pemikiran (metode) ilmiah yang logis dan empiris.
Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
Karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui suatu sistematika penulisan yang disepakati. Dalam karya tulis ilmiah ciri-ciri keilmiahan dari suatu karya harus dapat dipertanggungjawabkan secara empiris dan objektif.
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisan. Penulisan ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan predikat serta hubungan apa antara subjek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak jelas. Penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang harus disampaikannya.

            2.2.1 Persyaratan Karya Tulis Ilmiah
Dari berbagai macam bentuk karya tulis ilmiah, karya tulis ilmiah memiliki persyaratan khusus. Persyaratan karya tulis ilmiah adalah:
a.       Karya tulis ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
b.      Karya tulis ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulis ilmiah yakni mencantukan rujukan dan kutipan yang jelas.
c.       Karya tulis ilmiah disusun secara sistematis setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual dan prosedural.
d.      Karya tulis ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
e.       Karya tulis ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis
f.        Karya tulis ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, serta tidak bersifat ambisius dan berprasangka, penyajian tidak boleh bersifat emotif.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam menulis karya ilmiah memerlukan persiapan yang dapat dibantu dengan menyusun kerangka tulisan. Di samping itu, karya tulis ilmiah harus mentaati format yang berlaku.

2.2.2        Penulisan kata dalam karya ilmiah
Untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah yang baik dan benar dalam penulisannya terdapat  aturan yang harus ditaati, diantaranya sebagai berikut :
a.       Awalan di- dan ke- atau kata depan ditulis serangkai apabila dihubungkan dengan kata kerja & dipisah apabila bukan kata kerja
b.      Hindari singkatan dalam penulisan Karya Ilmiah begitu juga untuk spesial karakter
c.       Hindari penggunaan istilah atau kata-kata asing khususnya Bahasa Inggris.
d.      Bentuk dasar berupa gabungan kata yang sekaligus mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
e.       Hindari menulis huruf kapital, di tengah kalimat. Huruf kapital hanya digunakan pada alenia baru, kata setelah titik, nama orang, nama sungai, nama negara dsb.
f.        Kata ulang dituliskan dengan menggunakan tanda hubung di antara kedua unsurnya.
g.      Kata depan di dan ke ditulis terpisah dengan kata sifat & kata benda yang mengikutinya.
h.      Kata sandang si atang sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
i.        Partikel per yang berarti “tiap” dan mulai ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului dan mengikutinya. Sebaliknya per pada bilangan pecahan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
j.        Singkatan nama gelar sarjana kesehatan, dokter, seringkali dipermasalahkan. Di dalam lingkungan masyarakat muncul singkatan dr. untuk dokter (kesehatan) dan DR untuk doktor (purnasarjana). Hal ini tentu saja bertentangan dengan kaidah karena singkatan Dr. diperuntukkan bagi gelar Doktor, sedangkan DR seolah-olah merupakan singkatan kata atau nama yang sama halnya dengan PT (Perseroan Terbatas), SD (Sekolah Dasar).
k.      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf kapital, tidak diikuti tanda titik.
l.        Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik
m.    Lambang kimia, singkatan satuan ukuran timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
n.      Akronim nama diri, yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Berdasarkan cara masuknya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
a.       Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap dalam bahasa Indonesia
b.      Unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia

2.3      Proses Pembentukan Definisi dan Penggunaan dalam Karya Tulis Ilmiah

 

Proses pembentukan definisi bisa dikualifikasikan berdasarkan dua macam arti, yakni arti intensional dan arti ekstensional.

Definisi Ekstensional atau Denotatif. Dengan menunjukkan kelas yang ditunjukan oleh definiendium, maka suatu definisi ekstensional akan bisa menetapkan arti dari suatu kata. Paling tidak ada tiga cara menunjukkan anggota-anggota dari suatu kelas, yaitu menunjuk pada mereka, menamai mereka secara individual, menamai mereka menurut kelompok.Misalnya kalimat Kursi adalah ini dan ini dan ini- seraya Anda menunjuk ke arah sejumlah kursi satu per satu.

Definisi Intensional yaitu suatu definisi menentukan arti suatu kata dengan menunjukkan kualitas-kualitas atau ciri-ciri yang terkandung dalam kata itu. Sebagai contoh kalimat Es adalah air yang membeku.

Menurut Keraf (1998: 74), kemampuan menulis tidak akan terbentuk hanya dengan kemampuan berbahasa saja, tetapi perlu didukung pula oleh kemampuan bernalar dan pengetahuan tentang dasar-dasar retorika. Harapan agar pengajaran Bahasa Indonesia tidak hanya berhenti pada pencapaian literate dalam pengertian “melek huruf” saja, tetapi harus pula mencapai literate yang lebih tinggi, yakni “mahir wacana”. Berkaitan dengan literate, Akhadiah (2001:67) berpendapat bahwa kemampuan merenungkan, mengolah, dan menanggapi gagasan secara logis-kritis-analitis, serta kemampuan mengomunikasikannya melalui bahasa tulis secara jernih dan kreatif. Berdasarkan pendapat pakar di atas, pembelajaran menulis lebih diarahkan kepada proses berpikir kritis-analitis atau pencapaian literate.

Kemampuan berbahasa ilmiah mahasiswa merupakan salah satu tujuan utama pendidikan tinggi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia secara ilmiah, mahasiswa menerima mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK) Bahasa Indonesia selama satu semester. Melalui mata kuliah ini, diharapkan kemampuan berbahasa ilmiah mahasiswa akan semakin meningkat dan bertambah mantap terutama dalam bahasa tulis. Walaupun mahasiswa telah mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia dari SD sampai dengan SMTA, penguasaan bahasa Indonesia mereka masih banyak yang memprihatinkan. Sering sampai kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia baik pada tuturan resmi maupun pada tulisan-tulisan ilmiah. Banyak diterangai tuturan resmi atau tulisan karya ilmiah seseorang yang tidak komunikatif, bahkan isinya tidak bisa dicerna.Kalimat-kalimat yang diungkapkan banyak yang rancu, tidak padu, dan kalimat runtut.Suherli (2002) menyimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam keilmuan secara tertulis masih sangat lemah. Pada saat menulis mereka tidak menghiraukan ketentuan penggunaan bahasa Indonesia ragam keilmuan, baik penggunaan ejaan (penulisan huruf dan tanda baca), bentuk kata dan diksi, penyusunan kalimat efektif, maupun menyusun paragraf. Rekomendasinya, mata kuliah Bahasa Indonesia di perguruan tinggi seharusnya diganti dengan mata kuliah yang lebih spesifik untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan menulis karangan ilmiah. Pengembangan kemampuan menulis karangan ilmiah melalui model literasi dapat secara efektif meningkatkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa. Suatu indikasi masih rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa Unila tercermin dari hasil penelitian dosen dan mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian dosen maupun mahasiswa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa Indonesia pada karya tulis menunjukkan bahwa masih banyak didapati penyimpangan-penyimpangan dalam berbahasa baik dari segi struktur maupun ejaan. Sering dilontarkan suatu keluhan dari dosen pembimbing atau penguji yang berintikan bahwa sebagian bahasa karya tulis mereka sulit dipahami maknanya. Untuk itu, bahasa berperan penting untuk menentukan kadar keilmiahan auatu tulisan.



























BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi mempunyai tugas untuk menetukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas dan singkat. Yaitu menentukan batas-batas pengetian tertentu sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur dan tidak dicampuradukkan dengan pengertian-pengertian lain.Penulisan ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar serta penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang harus disampaikannya.Kemampuan berbahasa ilmiah mahasiswa merupakan salah satu tujuan utama pendidikan tinggi. Untuk itu, bahasa berperan penting untuk menentukan kadar keilmiahan suatu tulisan.


3.2  Saran
Mudah-mudahan kesimpulan yang diberikan dapat berimanfaat. Dan untuk kedepannya dapat menulis dengan memperhatikan kaidah ejaan yang benar.Sehingga kesalahan-kesalahan mengenai pembentukan definisi dalam penulisan ilmiah tidak terjadi.
  





DAFTAR PUSTAKA


Widjono (2007); Bahasa Indonesia, Jakarta:PT Grasindo. hal. 117-121. Cet. 2

Departemen Pendidikan Nasional(2008);Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 303. Cet Pertama Edisi IV

Parera, J.D.(2004);Teori Semantik.Jakarta :Penerbit Erlangga.Hal 200- Cet. 2

Rahayu, Minto (2009).Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.Jakarta:PT Grasindo .Hal 73

Raga Maran, Rafael(2007).Pengantar Logika.Jakarta:PT Grasindo. Hal 42-48



Comments

Popular posts from this blog

FAKTA, KONSEP, DAN GENERALISASI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Ilmu-ilmu sosial mengkaji perilaku manusia yang berlangsung dalam proses kehidupan sehari-hari dalam upaya menjelaskan mengapa manusia berperilaku seperti apa yang mereka lakukan. Setiap ilmu sosial merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri yang memiliki scope materi dan metodologi tertentu, batang tubuh, atau struktur ilmu pengetahuan ( body of knowledge atau struktur of knowledge ) tentang suatu bidang kajian. Setiap ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, sosiologi, psikologi sosial, ilmu politik dan pemerintahan, memandang manusia dari sudut pandangnya masing-masing dan menggunakan metode kerja yang berbeda untuk memperoleh struktur ilmunya. Pengetahuan tentang tindakan atau perilaku manusia ini memberikan suatu pola dasar bagi materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam suatu struktur ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya ilmu sosial, tersusun dalam 3 (tiga) tingkatan materi, dimulai dari yang paling sempi

KETERAMPILAN DASAR DALAM ILMU-ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang      Abad Informasi seperti sekaran ini menghendaki manusia, lembaga bahkan Negara dapat memiliki informasi sebagai alat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memperoleh informasi tersebut diperlukan upaya tertentu sesuai dengan tingkat dan derajad manfaat dari informasi yang ingin diperoleh. Salah satu upaya untuk memperoleh informasi itu adalah dengan mencarinya pada sumber-sumber informasi, baik melalui media elektronika seperti televise, radio, internet, maupun media cetak seperti buku, bulletin, majalah, surat kabar, dll. Disamping itu diperlukan upaya menggali informasi itu dari individu atau masyarakat sekitar. Untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat dari individu dan masyarakat diperlukan suatu keterampilan tertentu yang berhubungan dengan cara memilih, menyusun, menggunakan pertaanyaan, memperoleh, menganalisis menyajikan dan memanfaatkan informasi. Bagi seorang guru,

PENGERTIAN, FUNGSI, DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN (DASAR DASAR PENDIDIKAN)

BAB I PENDAHULUAN A.        Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manuia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal ( sekolah ) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal. B.        Rumusan Masalah 1.       Apa pengertian Lingkungan Pendidikan ? 2.       Apa saja Jenis-jenis Lingkungan Pendidikan ( Tripusat Pendidikan ) ? 3.       Apa saja Fung