BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan
berbahasa Indonesia adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi masyarakat
Indonesia, tidak terkecuali para Mahasiswa. Dalam bidang pendidikan dan
pengajaran di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta, bahasa Indonesia merupakan
mata kuliah pokok. Mata kuliah bahasa Indonesia dipelajari oleh Mahasiswa
berdasarkan kurikulum yang berlaku, yang di dalamnya tercantum beberapa tujuan
pembelajaran. Salah satu tujuan pokoknya adalah Mahasiswa mampu dan terampil
untuk menyusun karya tulis maupun makalah pada saat Skripsi, setelah mengalami
proses belajar mengajar dikampus. Keterampilan berbahasa itu tidak saja
meliputi satu aspek, tetapi di dalamnya termasuk kemampuan membaca, menulis,
mendengarkan (menyimak), dan berbicara. Dalam proses pemerolehan dan penggunaannya,
keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan.
Penggunaan
kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah menjadi tanggungjawab kita
sebagai anak bangsa yang sangat peduli akan jiwa nasionalisme. Penggunaan huruf
kapital dan huruf miring kajian yang sangat penting untuk dibahas guna
menghindari banyak kesalahan penggunaan dalam kaidah Bahasa Indonesia.
Bahasa tulis
mencakup sejumlah unsur-unsur bahasa, salah satunya adalah mengenai ejaan yang
mencakup macam-macam huruf, berbagai kata dan aneka tanda baca. Ada beberapa
hal yang perlu dikemukakan, khususnya berbagai persoalan yang akan dibahas
dalam bab ini.Hal yang
dimaksud adalah proses pembentukan definisi
dan penggunannya dalam penulisan ilmiah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan definisi ?
2. Bagaimana penggunaan definisi dalam penulisan ilmiah?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui bagaimana proses pembentukan definisi.
2. Untuk
mengetahui bagaimana penggunaan definisi dalam
penulisan ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Definisi
Pengertian definisi adalah
suatu pernyataan yang memberikan arti pada sebuah kata atau frase
Definisi adalah sebuah penjelasan tentang arti sebuah kata. Penjelasan
harus membuat jelas definisi yang dimaksudkan dan definisi berhubungan dengan
kata bukan benda.
Definisi adalah perumusan yang singkat, padat, jelas dan tepat yang
menerangkan “Apa sebenarrnya suatu hal itu” sehingga dapat dengan jelas
dimengerti dan dibedakan dari semua hal lain.Dari penjelasan diatas
jelaslah bahwa definisi mempunyai tugas untuk menetukan batas suatu pengertian
dengan tepat, jelas dan singkat. Maksudnya menentukan batas-batas pengetian
tertentu sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur dan tidak
dicampuradukkan dengan pengertian-pengertian lain, maka definisi yang baik
harus memenuhi syarat:
a.
Merumuskan dengan jelas,
lengkap dan singkat semua unsur pokok (isi) pengertian tertentu.
b.
Yaitu unsur-unsur yang perlu
dan cukup untuk mengetahui apa sebenarnya barang itu (tidak lebih dan tidak
kurang).
c.
Sehingga dengan jelas dapat
dibedakan dari semua barang yang lain.
Setiap definisi harus
mempunyai 2 bagian, yaitu:
a.
Sesuatu yang akan
didefinisikan, yang dikenal dengan istilah definiendum.
b.
Penjelasan yang menjelaskan
sesuatu tersebut, yang dikenal dengan istilah definiens. Contoh: nenek = orang
tua perempuan
2.1.1 Ciri-ciri Definisi
Suatu
arti/makna kata tidak bisa langsung disebut sebagai definisi, karena definisi
mempunyai ciri-ciri khusus. Adapun arti/makna kata bisa diartikan sebagai
definisi jika terdapat unsur kata atau istilah yang didefinisikan, atau lazim disebut
definiendum. Selanjutnya, di dalam arti tersebut harus terdapat unsur kata, frasa, atau kalimat yang berfungsi menguraikan pengertian, lazim
disebut definiens, dan tentunya juga harus ada pilihan katanya.
Pilihan
kata tersebut ialah di mana definiens dimulai dengan kata benda, didahului kata ada-lah. Misalnya kalimat Cinta adalah perasaan setia, bangga, dan prihatin dan kalimat Mahasiswa
adalah pelajar di perguruan tinggi.Yang kedua, definiens dimulai
dengan selain kata benda umpamanya kata kerja atau didahului kata yaitu Sebagai contoh Setia yaitu merasa terdorong untuk mengakui, memahami,
menerima, menghargai, menghormati, mematuhi, dan melestarikan. Kemudian, definiens juga diharuskan
memberi pengertian rupa atau wujud diawali katamerupakan, seperti kalimat
Mencintai merupakan tindakan terpuji untuk mengakhiri konflik. Adapun yang
terakhir ialah bahwa definiens merupakan sebuah sinonim yang didahului kata ialah.Misalnya Pria ialah laki-laki.
2.1.2 Klasifikasi Definisi
Definisi dapat dibedakan atas: definisi nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau definisi operasional, dan
definisi luas.
a. Definisi Nominal
Definisi nominal berupa pengertian singkat. Definiens
pada definisi jenis ini terbagi menjadi ada tiga macam. Pertama, sinonim atau padanan, seperti kata manusia yang bersinonim dengan kata orang,
maka jika ditulis hasilnya adalah Manusia
ialah orang. Selanjutnya terkait dengan terjemahan dari bahasa lain, contohnya Kinerja
ialah performance. Asal-usul sebuah kata dalam definisi nominal juga
merupakan hal yang penting, contoh: Psikologi berasal dari kata "psyche" berarti jiwa, dan "logos" berarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa.
b. Definisi Formal
Definisi formal disebut juga definisi terminologis, yaitu definisi yang
disusun berdasarkan logika formal yang terdiri tiga unsur. Struktur definisi
ini berupa "kelas", "genus", "pembeda"
(deferensiasi). Ketiga unsur tersebut harus tampak dalam definiens. Struktur formal diawali dengan klarifikasi, diikuti dengan menentukan kata yang akan dijadikan definiendium, dilanjutkan dengan menyebut genus, dan diakhiri dengan menyebutkan kata-kata atau deskripsi pembeda. Pembeda harus
lengkap dan menyeluruh sehingga benar-benar menunjukkan pengertian yang sangat
khas dan membedakan pengertian dari kelas yang lain. Contoh kalimat yang merupakan definisi formal adalah Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.
Definisi formal mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar
sesuai dengan aturan yang ada. Di antaranya, fefiniendium dan definiens
bersifat koterminus, mempunyai makna yang sama. Kemudian, definiendium dan definiens bersifat konvertabel, dapat
ditukarkan tempatnya dan definiens tidak berupa sinonim, padanan, terjemahan, etimologi, bentuk populer, atau pengulangan definiendium. Lihat perbandingannya:
1. Manusia adalah orang yang berakal budi (salah)
2. Manusia adalah insan yang berakal budi (salah)
3. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna(benar)
Selanjutnya definiens bukanlah kiasan, perumpamaan, atau pengandaian. Contonya kalimat Manusia adalah bagaikan hewan yang tidak pernah
merasa puas (salah), kata
bagaikan dalam kalimat ini merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan dalam
definisi formal. Contoh yang benar berada
dalam kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang diperintahkan
untuk beribadah kepada-Nya. Syarat berikutnya yaitu definiens menggunakan
makna pararel dengan definiendium, tidak menggunakan kata dimana, yang mana,
jika, misalnya, dan lain-lain, definiens juga harus menggunakan bentuk positif,
bukan kalimat negatif; tanpa kata negatif; tidak, bukan. Misalnya bentuk kalimat negatif Pendidikan kewarganegaraan "tidak
lain" adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga negara yang baik
sehingga mampu hidup bersama dalam masyarakat, baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun warga negara, sedang yang benar adalah Pendidikan kewarganegaraan adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga negara yang baik
sehingga mampu hidup bersama dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Lagi,
pembeda (deferiansi) pada definiens harus
mencukupi sehingga menghasilkan makna yang tidak bisa (samar) dengan kelas yang lain. Hal ini bisa ditemukan dalam kalimat
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling
sempurna, tidak benar jika hanya
dikatakan bahwa manusia
adalah ciptaan Tuhan.
c. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman
untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan suatu penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi subjektif karena disusun berdasarkan
keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan. Yang merupakan ciri-ciri definisi operasional ialah
mengacu pada target pekerjaan yang dicapai, berisi pembatasan konsep, tempat, dan waktu, dan bersifat aksi, tindakan,
atau pelaksanaan suatu kegiatan.
d.
Definisi Paradigmatis
Definisi paradigmatis/personal bertujuan untuk mempengaruhi pola berpikir oranglain. Definisi jenis ini disusun berdasarkan pendapatan nilai-nilai tertentu. Ada empat ciri-ciri definisi paradigmatis, yakni; disusun berdasarkan paradigma (pola pikir) nilai-nila tertentu, berfungsi untuk mempengaruhi sikap,
perilaku, atau tindakan orang lain, bertujuan agar pembaca
mengubah sikap sesuai dengan definisi, berhubungan dengan nilai-nilai tertentu, misalnya: bisnis, etika, budaya, ajaran, falsafah, tradisi, adat istiadat, pandangan
hidup. Adapun fungsi definisi paradigmatis dapat dikategorikan menjadi empat
bagian: pertama, untuk mengembangkan pola berpikir; kedua, mempengaruhi sikap pembaca atau pendengar; ketiga,
mendukung argumentasi atau pembuktikan dan memberikan efek persuasif.
e.
Definisi Luas
Definisi luas adalah batasan pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri atas satu paragraf. Definisi ini diperlukan pada konsep yang rumit yang tidak dapat dijelaskan dengan kalimat pendek. Ciri-cirinya adalah dalam definisi tersebut hanya berisi satu gagasan yang merupakan definiendium, tidak menggunakan kata kias, setiap kata
dapat dibuktikan atau diukur kebenarannya, dan menggunakan penalaran yang jelas. Contohnya dalam kalimat berikut Konsep ketahanan nasional tidak dapat hanya didefinisikan dengan kemampuan dinamik suatu bangsa yang berisikan keuletan dan ketangguhan serta
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dari luar maupun dalam, langsung tidak
langsung yang membahayakan identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara untuk mencapai tujuan nasional.Karena itu konsep tersebut harus diberi definisi
luas agar diketahui perkembangan konsep, unsur-unsurnya, pengembangannya di dalam semua aspek kehidupan bangsa dan negara.
2.2 Pengertian Karya Tullis Ilmiah
Karya tulis ilmiah dapat didefinisikan sebagai laporan tertulis
tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah. Definisi yang lebih kompleks dapat
dikemukakan bahwa pengertian karya
tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah
berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat dari suatu
penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium, ataupun kajian pustaka
yang didasarkan pada pemikiran (metode) ilmiah
yang logis dan empiris.
Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang
membahas suatu permasalahan. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan,
pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya
tulis ilmiah melalui penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis
untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti.
Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis
ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian
dibahas melalui penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
Karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu
pengetahuan yang berbentuk tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima
oleh komunitas keilmuan melalui suatu sistematika penulisan yang disepakati.
Dalam karya tulis ilmiah ciri-ciri keilmiahan dari suatu karya harus dapat
dipertanggungjawabkan secara empiris dan objektif.
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni
gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam
menyebutkan sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisan. Penulisan
ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak
bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan predikat serta hubungan
apa antara subjek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak
jelas. Penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih
kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang harus disampaikannya.
2.2.1 Persyaratan
Karya Tulis Ilmiah
Dari berbagai
macam bentuk karya tulis ilmiah, karya tulis ilmiah memiliki persyaratan
khusus. Persyaratan karya tulis ilmiah adalah:
a.
Karya tulis
ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi
hukum alam pada situasi spesifik.
b.
Karya tulis
ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan.
Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulis ilmiah yakni mencantukan
rujukan dan kutipan yang jelas.
c.
Karya tulis ilmiah
disusun secara sistematis setiap langkah direncanakan secara terkendali,
konseptual dan prosedural.
d.
Karya tulis
ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang
indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
e.
Karya tulis
ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan
suatu hipotesis
f.
Karya tulis
ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing
pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi
fakta, serta tidak bersifat ambisius dan berprasangka, penyajian tidak boleh
bersifat emotif.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam menulis karya
ilmiah memerlukan persiapan yang dapat dibantu dengan menyusun kerangka
tulisan. Di samping itu, karya tulis ilmiah harus mentaati format yang berlaku.
2.2.2
Penulisan kata dalam karya ilmiah
Untuk
menghasilkan sebuah karya ilmiah yang baik dan benar dalam penulisannya
terdapat aturan yang harus ditaati,
diantaranya sebagai berikut :
a.
Awalan di- dan
ke- atau kata depan ditulis serangkai apabila dihubungkan dengan kata kerja
& dipisah apabila bukan kata kerja
b.
Hindari
singkatan dalam penulisan Karya Ilmiah begitu juga untuk spesial karakter
c.
Hindari
penggunaan istilah atau kata-kata asing khususnya Bahasa Inggris.
d.
Bentuk dasar
berupa gabungan kata yang sekaligus mendapat awalan dan akhiran sekaligus
ditulis serangkai.
e.
Hindari menulis
huruf kapital, di tengah kalimat. Huruf kapital hanya digunakan pada alenia
baru, kata setelah titik, nama orang, nama sungai, nama negara dsb.
f.
Kata ulang
dituliskan dengan menggunakan tanda hubung di antara kedua unsurnya.
g.
Kata depan di
dan ke ditulis terpisah dengan kata sifat & kata benda yang mengikutinya.
h.
Kata sandang si
atang sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
i.
Partikel per
yang berarti “tiap” dan mulai ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului dan mengikutinya. Sebaliknya per pada bilangan pecahan ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya.
j.
Singkatan nama
gelar sarjana kesehatan, dokter, seringkali dipermasalahkan. Di dalam
lingkungan masyarakat muncul singkatan dr. untuk dokter (kesehatan) dan DR
untuk doktor (purnasarjana). Hal ini tentu saja bertentangan dengan kaidah
karena singkatan Dr. diperuntukkan bagi gelar Doktor, sedangkan DR seolah-olah
merupakan singkatan kata atau nama yang sama halnya dengan PT (Perseroan
Terbatas), SD (Sekolah Dasar).
k.
Singkatan nama
resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, nama
dokumen resmi yang terdiri atas huruf kapital, tidak diikuti tanda titik.
l.
Singkatan umum
yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik
m.
Lambang kimia,
singkatan satuan ukuran timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
n.
Akronim nama
diri, yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Berdasarkan cara masuknya, unsur pinjaman dalam
bahasa Indonesia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
a.
Unsur asing yang
belum sepenuhnya terserap dalam bahasa Indonesia
b.
Unsur asing yang
pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia
2.3
Proses
Pembentukan Definisi dan Penggunaan dalam Karya Tulis Ilmiah
Proses pembentukan definisi bisa dikualifikasikan
berdasarkan dua macam arti, yakni arti intensional dan arti ekstensional.
Definisi
Ekstensional atau Denotatif. Dengan
menunjukkan kelas yang ditunjukan oleh definiendium,
maka suatu definisi ekstensional akan bisa menetapkan arti dari suatu kata. Paling tidak ada tiga cara menunjukkan anggota-anggota
dari suatu kelas, yaitu menunjuk pada mereka, menamai mereka secara individual, menamai mereka menurut kelompok.Misalnya kalimat Kursi adalah ini dan ini dan ini- seraya Anda
menunjuk ke arah sejumlah kursi satu per satu.
Definisi
Intensional yaitu suatu definisi menentukan arti
suatu kata dengan menunjukkan kualitas-kualitas atau ciri-ciri yang terkandung dalam kata itu. Sebagai contoh kalimat Es adalah air yang membeku.
Menurut Keraf (1998: 74), kemampuan menulis tidak akan
terbentuk hanya dengan kemampuan berbahasa saja, tetapi perlu didukung pula
oleh kemampuan bernalar dan pengetahuan tentang dasar-dasar retorika. Harapan
agar pengajaran Bahasa Indonesia tidak hanya berhenti pada pencapaian literate
dalam pengertian “melek huruf” saja, tetapi harus pula mencapai literate yang
lebih tinggi, yakni “mahir wacana”. Berkaitan dengan literate, Akhadiah
(2001:67) berpendapat bahwa kemampuan merenungkan, mengolah, dan menanggapi
gagasan secara logis-kritis-analitis, serta kemampuan mengomunikasikannya
melalui bahasa tulis secara jernih dan kreatif. Berdasarkan pendapat pakar di
atas, pembelajaran menulis lebih diarahkan kepada proses berpikir
kritis-analitis atau pencapaian literate.
Kemampuan berbahasa ilmiah mahasiswa merupakan salah satu
tujuan utama pendidikan tinggi. Salah satu upaya
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia secara ilmiah, mahasiswa
menerima mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK) Bahasa Indonesia selama
satu semester. Melalui mata kuliah ini, diharapkan kemampuan berbahasa ilmiah
mahasiswa akan semakin meningkat dan bertambah mantap terutama dalam bahasa
tulis. Walaupun mahasiswa telah mempelajari pelajaran Bahasa
Indonesia dari SD sampai dengan SMTA, penguasaan bahasa Indonesia mereka masih
banyak yang memprihatinkan. Sering sampai kesalahan-kesalahan berbahasa
Indonesia baik pada tuturan resmi maupun pada tulisan-tulisan ilmiah. Banyak diterangai tuturan resmi atau tulisan karya ilmiah seseorang
yang tidak komunikatif, bahkan isinya tidak bisa dicerna.Kalimat-kalimat yang
diungkapkan banyak yang rancu, tidak padu, dan kalimat runtut.Suherli (2002)
menyimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam
keilmuan secara tertulis masih sangat lemah. Pada saat menulis mereka tidak
menghiraukan ketentuan penggunaan bahasa Indonesia ragam keilmuan, baik
penggunaan ejaan (penulisan huruf dan tanda baca), bentuk kata dan diksi,
penyusunan kalimat efektif, maupun menyusun paragraf. Rekomendasinya, mata
kuliah Bahasa Indonesia di perguruan tinggi seharusnya diganti dengan mata
kuliah yang lebih spesifik untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan menulis
karangan ilmiah. Pengembangan kemampuan menulis
karangan ilmiah melalui model literasi dapat secara efektif meningkatkan
wawasan dan pengetahuan mahasiswa. Suatu indikasi masih
rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa Unila tercermin dari hasil
penelitian dosen dan mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian dosen maupun
mahasiswa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa Indonesia pada karya tulis
menunjukkan bahwa masih banyak didapati penyimpangan-penyimpangan dalam
berbahasa baik dari segi struktur maupun ejaan. Sering dilontarkan suatu
keluhan dari dosen pembimbing atau penguji yang berintikan bahwa sebagian
bahasa karya tulis mereka sulit dipahami maknanya. Untuk itu, bahasa berperan
penting untuk menentukan kadar keilmiahan auatu tulisan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi mempunyai tugas untuk menetukan batas suatu pengertian dengan
tepat, jelas dan singkat. Yaitu menentukan batas-batas pengetian tertentu sehingga jelas apa yang
dimaksud, tidak kabur dan tidak dicampuradukkan dengan pengertian-pengertian
lain.Penulisan
ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar serta penggunaan kata harus dilakukan
secara tepat artinya kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa
yang harus disampaikannya.Kemampuan berbahasa ilmiah mahasiswa merupakan salah
satu tujuan utama pendidikan tinggi.
Untuk itu, bahasa berperan penting untuk menentukan kadar keilmiahan suatu tulisan.
3.2 Saran
Mudah-mudahan kesimpulan yang diberikan dapat berimanfaat. Dan untuk kedepannya
dapat menulis dengan memperhatikan kaidah ejaan yang benar.Sehingga kesalahan-kesalahan
mengenai pembentukan definisi dalam penulisan ilmiah tidak terjadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Widjono
(2007); Bahasa Indonesia, Jakarta:PT Grasindo. hal. 117-121. Cet. 2
Departemen
Pendidikan Nasional(2008);Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Hal 303. Cet Pertama Edisi IV
Parera,
J.D.(2004);Teori Semantik.Jakarta :Penerbit Erlangga.Hal 200- Cet.
2
Rahayu, Minto (2009).Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.Jakarta:PT
Grasindo .Hal 73
Raga
Maran, Rafael(2007).Pengantar Logika.Jakarta:PT Grasindo. Hal 42-48
Comments
Post a Comment